Filsafat Berfikir

MEMULIAKAN AGAMA DAN HIDUP

MEMULIAKAN AGAMA DAN HIDUP
Ading Nashrullah
Agama memilki peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Peranan paling besar dari agama bagi manusia adalah peranannya terhadap pemeluknya sendiri. Tidak ada manusia yang akan mengambil manfaat dari agama kecuali orang yang memeluknya.
Manusia yang paling besar peranannya di panggung kehidupan dunia ini adalah manusia yang beragama. Peran manusia yang paling besar lagi di dunia ini adalah yang mengembangkan agama, medakwahkannya dan mewariskannya kepada generasi berikutnya.
Karena itu jika dipandang agama penting bagi manusia maka jauh lebih penting lagi manusia yang beragama. Umat yang beragama keadaanya lebih baik daripada yang tidak beragama. Islam sudah besar, meskipun manusia mendustakannya, tetapi untuk menjadi manusia besar memang banyak yang harus dipahami, dilakukan, dijalani, dituju di bawah naungan cahaya Islam.
Dan karena demikian pentingya manusia yang beragama, maka sudah selayaknya setiap komponen umat ini mulai memikirkan bagaimana mencetak generasi selanjutnya yang imannnya kokoh, ibadahnya lekat, ilmunya tinggi, ekonominya kuat, fisiknya kuat, cita-citanya tinggi, dan struktur kekuasaannya luas. Mentalnya, keberaniannya, kecerdasannya unggul, kebaikan akhlak dan budi pekertinya baik dan cemerlang ide dan kreatifitasnya.
Karena demikian pentingnya agama, maka manusia sudah selayaknya mengenal agama lebih lekat. Salah satunya adalah dengan mengenal pokok-pokok agama. Demikian pula betapa pentingnya manusia yang beragama sehingga manusia perlu tahu sikap keagaan yang benar, lurus dan baik. Tanpa mengenal pokok agama, bagaimana manusia bisa beragama dengan baik. Tanpa beragama dengan baik bagaimana pula manusia sampai pada kemuliaan hidup dan kedamaian di muka bumi ini.

Agama itu penting maka tidak boleh ada manusia yang jahil terhadap agama ini. Kekuatan apa saja yang mendistorsikan ajaran Islam harus ditentang. Siapa saja yang menghalangi umat memahami Al-Quran dan Sunah sert dasar-dasar agama harus diasingkan. Agar manusia tidak bodoh terhadap sesuatu yang amat berharga yang harus dimiliki manusia yakni agama dan agar manusia tidak meninggalkan agama lantaran tipudaya filsafat, sains, dunia, hawa nafsu dan syetan.
Manusia dengan sumber dayanya tidak boleh dibiarkan ia berada dalam kemiskinan, kejahilan, keterpurukan, dominasi syahwat dan syetan, tipudaya dunia dan sulap serta sihir. Manusia harus diselamatkan , karena agama punya hak atas mereka agar mereka bisa menikmati hidup indah bersama agama, dan supaya agama dijaga oleh mereka pula dari serangan musuh-musuhnya. Ini agar manusia memiliki martabat yang tinggi yakni dengan beragama, dan agar manusia tidak menyalahgunakan agama untuk kepentingan yang lebih rendah dari manusia dan agama itu sendiri.
Agama adalah penuntun Filsafat, ilmu, intuisi, pengalaman dan fitrah manusia agar semua itu berjalan di atas jalan yang benar menuju tujuan penciptaan manusia dan mengarah ke arah jalan Tuhan yang menciptakannya. Beragama berarti aktif berkprah di segala bidang kehidupan dengan memuarakan semuanya untuk menjadi catatan kebaikan di sisi Tuhan untuk bekal di akhirat. Dan menjadikan ibadah, doa, mengharapkan pertolongan Tuhan sebagai poros gerak dan berputarnya roda kehidupan di zaman ia dihidupkan sampai kematian datang menghampirinya.
Akan tetapi manusia harus sadar dan mengakui bahwa tidak setiap apa yang dinamakan agama itu benar hakikatnya. Agama yang benar itu hanyalah Islam. Manusia yang terbaik di dunia ini adalah Muslim. Cara untuk mengenal hakikat ini adalah dengan mengadakan perbandingan atas pokok-pokoknya dengan agama-agama yang lain dan dengan mengkaji pokok-pokok yang ada dalam Islam.
Tuhan yang disembah oleh Islam adalah Alloh. Tuhan yang hak untuk disembah oleh manusia seluruhnya. Kitab sucinya adalah wahyu ilahi yang otentik sepanjang masa. Ajaran mengenai ketuhanan, iman dan hal-hal yang ghaib mudah dicerna akal fikiran manusia. Ajaran-ajarannya tentang moral dan kehidupan yang baik lengkap diaturnya. Peribadatan yang dianjurkannya mudah untuk dilaksanakan, tidak memberatkan, tidak menyusahkan. Itulah Islam, sederhana, tapi sempurna lengkap serta sesuai dengan kemajuan berfikir manusia atas ilmu dan teknologinya.
Siapapun yang menentang Islam adalah keliru dan akan hancur dengan logika yang dibangunnya sendiri. Siapa yang melawan kaum muslimin akan kalah oleh kekuatannya sendiri. Karena argumentasi mereka lemah, dan kekuatan mereka hanya tipuan belaka. Muslimin hakikatnya adalah pemberani sepanjang ia lurus dalam beragamanya, dan kafirin itu ketakutan, sepanjang ia tidak mendapat hidayah untuk memeluk Islam. Karena para pelindung orang-orang kafir itu lemah : dunia, syetan, teknologi, ilmu, agama, berhala mereka semuanya lemah. Sedangkan pelindung Muslim itu Maha Kuat, Maha Kuasa. Karena Dia Tuhan.
Pemimpin orang kafir membawa mereka ke dalam kegelapan hidup, betapapun gemerlapnya dunia dan ilmu serta teknologi meraka. Apa yang ada pada mereka hakikatnya milik Alloh, dalam genggaman Kekuasaan Alloh, dalam pengaturan Alloh. Sedang pemimpin Muslimiin dan Mukminin yakni Alloh membawa manusia kepada cahaya kehidupan dan pencerahan serta kemajuan spiritual dan rohani, betapapun saat ini keadaan kaum muslimin tertinggal jauh akan ilmu dan teknologinya. Hal ini janganlah membuat kecil hati karena dahulu pun di tengah umat Islam ada masa di mana mereka tidak memiliki kecanggihan di bidang sains, filsfat dan teknologi. Seperti yang dialami masa awal Islam yang merupakan masa terbaik dari umat Islam. Ketiadaan sains dan teknologi yang tinggi tidak mengurangi tingginya kedudukan Rosululloh dan para sahabat, padahal di belahan dunia lain seperti Cina, India, Persia dan Romawi berada dalam tingkat sains dan teknologi yang tinggi.
Dalam pandangan manusia, manusia yang besar adalah para pemimpin. Dan pemimpin besar itu dikenal karena kemuliaannya, pengaruhnya bagi kehidupan manusia, banyak pengikutnya, mampu memberikan kehidupan yang baik bagi para pengikutnya, membawa misi kemanusiaan dan mengajarkan nilai-nilai yang berguna. Pemimpin terbesar di dunia ini yang banyak diakui oleh para ilmuwan, dan para pemimpin, dialah Nabi Muhammad Saw, Nabinya umat Islam, yang hakikat sebenarnya Nabi bagi semua manusia di akhir zaman ini.
Tapi manusia itu memang aneh. Mereka mengakui kehebatan Nabi Muhammad Saw tapi tidak mau menerima risalah yang dibawanya. Yang lebih aneh manusia menolak yakin adanya Tuhan padahal bukti sudah begitu nyata dan logis-logis saja.
Akhirnya siapapun diseru untuk kembali belajar Agama, membaca Al-Quran dan maknanya, Mendirikan Sholat, Menjadi pembela kaum muslimin, dan mengelola pribadi, keluarga, masyarakat dan negara berdasar syariat Islam.

Memahami Hidup dan Agama.

A. Mengenal hakikat manusia, hidup dan dunia.
Islam memiliki konsep-konsep yang jelas tentang hakikat hidup, dunia, manusia dan alam semesta. Konsep-konsep Islam mengenai manusia dan kenyataan-kenyataan di muka bumi ini merupakan konsep yang dijelaskan Alloh Penciptanya. Sehingga kualitasnya tak perlu lagi dipertanyakan. Siapapun yang menggunakan konsep-konsep sebagaimana yang dijelaskan oleh AL-Quran maka ia akan merasa puas dan tenang batinnya. Akan terarah tindakannya dan cara menyikapinya.
Hakikat Manusia
Dalam satu artikelnya, Jalaludin Rahmat mengungkapkan manusia yang diungkap dalam Al-Quran, terkandung dalam tiga kata penting. Yakni basyar, insan dan al-nas.
Kata beliau:”Dalam al-Qur’an, ada tiga istilah kunci yang mengacu kepada makna pokok manusia: basyar, insan, dan al-Nas”. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam kata basyar memberikan referensi pada manusia sebagai makhluk biologis. Konsep basyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia: makan, minum, seks, berjalan di pasar.

Selanjutnya tentang Insan beliau menguraikan. Pertama, Insan dihubungkan dengan keistimewaannya sebagai khalifah atau pemikul amanah. kedua, Insan dihubungkan dengan predisposisi negatif diri manusia. Dan ketiga Insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga, semua konteks insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis atau spiritual.

Konsep kunci ketiga ialah al-Nas yang mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. Inilah manusia yang paling banyak disebut al-Qur’an. An-Nas menunjuk pada manusia sebagai makhluk sosial.

Selanjutnya beliau menyimpulkan. Bahwa al-Qur’an memandang manusia sebagai
makhluk biologis, psikologis dan sosial. Karena pada manusia ada predisposisi negatif dan positif sekaligus, menurut al-Qur’an, kewajiban manusia ialah memenangkan predisposisi positif. Dalam pandangan al-Qur’an, sedikit sekali orang yang dapat mengembangkan ilmu dan iman ini sekaligus. Sedikit orang yang beriman, sedikit orang yang berilmu, dan lebih sedikit lagi orang yang beriman dan berilmu.

Hakikat manusia sebagaimana diuraikan di atas paling tidak kita bisa menyimpulkannya bahwa :
Kemuliaan manusia terletak pada bagaimana kedudukannya sebagai basyar, secara biologis, mengikuti aturan Alloh dalam hal halal dan haramnya.
Kemuliaan manusia, sebagai insan terletak pada ilmu, bertanggungjawab atas amanah, beramal sholeh, dan tetap tegar dan ikhlas dalam ibadah bagaimanapun keadaan lingkungannya.
Kemuliaan manusia, sebagai An-Nas, terletak pada keimanannya. Yakni menjadi kelompok orang-orang yang beriman dan rela mengorbankan dirinya untuk mencari kerelaan Allah.
Bila kita kumpulkan dari ketiganya maka letak kemuliaan manusia terletak pada ilmu dan imannya, yang dengan kedua modal itulah ia mengatur hidupnya dan mengisinya dengan usaha yang halal, amal yang sholeh, sikap yang bertanggungjawab, ibadah yang ikhlas dan kerelaan berkorban untuk meraih ridlo Alloh Swt.

Hakikat Kehidupan Dunia.
Kehidupan dunia ini di dalamnya mengandung beberpa realitas termasuk manusia sendiri. Karena itu untuk mengkaji hakikat kehidupan dunia kita membaginya menjadi tiga bagian utama. Pertama, kehidupan manusia. Kedua, keberadaan alam semesta. Ketiga, sifat kehidupan dunia.
Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari hakikat manusia. Manusia dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari kepentingannya dalam memenuhi kebutuhan jasmani berupa makan, minum, berkeluarga dan lain sebagainya. Selama ia hidup selama itu pula ia membutuhkan hal-hal tersebut. Sifat-sifat yang mengitari kehidupan manusia dalam hal jasmaninya, pertama dibatasi oleh rasa puas dan dan tidak puas. Makan dibatasi oleh rasa kenyang, tapi di sisi lain ia tidak puas jika yang dimakannya itu melulu. Kedua, pemenuhan kebutuhan tergantung ikhtiarnya. Rezeki itu ditanggung oleh Alloh bagi segenap makhluk yang hidup. Dan manusia diberi kesempatan untuk berikhtiar menjemput rezeki itu dengan cara halal atau haram. Malas berikhtiar, sedikit rezekinya. Intinya kehidupan manusia di muka bumi ini ada batasnya baik dalam hal soal kenikmatannya maupun dalam jumlahnya. Merugilah manusia yang hidupnya dihabiskan hanya untuk memikirkan pemenuhan jasmani ini. Kemuliaan hidup bagi manusia dalam urusan jasmani ialah ketika ia menyadari bahwa semua nikmat itu Alloh yang menyediakan, kemudian ia bersyukur. Dan menyadari bahwa kenikmatan dunia itu ada batas-batasnya, kemudian ia tidak bersifat lobak, tamak dan kikir bahkan ia membelanjakan sebagian dari karunia itu di jalan Alloh untuk menjadi bekal kehidupanya di akhirat kelak.

Kehidupan manusia jika ia ingin bahagia, terhormat, terjaga, dan terlindung dari kehinaan hidup maka ia harus berilmu dan bertanggungjawab atas amanah, beramal sholeh, dan tetap tegar dan ikhlas dalam ibadah bagaimanapun keadaan lingkungannya. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhannya terhadap ilmu, terhadap amanah dan perbuatannya. Ilmu akan menjadikannya mampu mengantarkan apa yang diinginkan dan memudahkan meriah
apa yang dibutuhkan dalam hidupnya. Tetapi sifat ilmu yang dimiliki manusia sifatnya terbatas. Baik ilmu agama, filasafat, sains, teknologi, seni dan lain sebagainya dibatasi oleh sifat manusiawinya. Manusia itu pelupa, kadang bodoh, kadang melampoi batas, mengikuti hawa nafsu. Panca indranya, akalnya dan hatinya ditakdirkan oleh Alloh memiliki kelebihan beserta kekurangnnya. Sebab itu kemuliaan hidup manusia dalam hal berilmunya ia tidak merasa sebagai yang serba tahu. Tidak sombong. Ilmu manusia seluas dan setinggi apapun tidak akan menyamai ilmu Alloh, kalau begitu ketika Alloh memberitahu tentang hakikat segala sesuatu lewat Al-Quran logikanya manusia harus rela membenarkan. Jika ada manusia yang bersegera menerima keterangan-keterangan berupa ilmu dari Al-Quran, memang itulah sikap orang yang dijamin kemuliaannya dalam berilmunya, orang-orang beriman, mereka itu.

Selanjutnya jika manusia ingin hidup bahagia, milikilah iman. Kemuliaan manusia yang akan menjaga kemuliaan amal dan ilmunya adalah iman. Kehidupan di dunia menuntut manusia untuk beriman. Iman adalah percaya adanya Alloh, mempercayai Alloh dan menaruh kepercayaan kepada Alloh. Iman tidak sekedar percaya adanya Alloh. Iman harus diikuti oleh tauhid dan melaksanakan agama. Tuntutan iman adalah tuntutan hidup sebagaimana tuntutan untuk beramal dan berilmu. Tauhid dan beragama adalah nafas-nafas kehidupan yang sebenarnya. Di atas pondasi tauhid dan agama hidup dipandang sebagai kesatuan yang utuh dalam hal duniwinya maupun ukhrowinya, dalam hal ilmu agamanya maupun ilmu umumnya, dalam imannya maupun rasionya, dalam pribadinya maupun masyarakatnya, semuanya memiliki arah dan tujuan yang sama, hidup berasal dari Alloh dan akan kembali kepada Alloh. Hidup ini jalan Alloh. Keluar dari jalan-Nya adalah kematian. Jalan Alloh, itu jalan bagi kemuliaan hidup, kemuliaan ilmu, dan kemuliaan amal. Kehidupan yang tiada di dalamnya iman, sama artinya dengan kehinaan dan kematian.

Kedua, keberadaan alam semesta. Setiap pribadi manusia setelah hidup pasti akan mati. Setiap hewan dan tumbuhan yang hidup pada masanya pasti akan mati. Demikian pula alam semesta ini, pada saatnya nanti akan hancur, yakni dengan adanya hari kiamat. Alam semesta ini hakikatnya diciptakan oleh Alloh. Keberadaannya adalah untuk membantu manusia hidup di muka bumi. Nanti setelah terjadi hari kiamat akan ada alam lain di mana manusia dibangkitkan kembali.

Setelah kehidupan dunia ini akan ada kehidupan selanjutnya yakni kehidupan di alam barzakh dan kehidupan di hari akhirat.
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini dibanding dengan akhirat (nilai kehidupan duniawi
dibandingkan dengan nilai kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit (QS At-Tawbah [9]: 38).
Al-Quran seperti dikemukakan berusaha menggambarkan bahwa
hidup di akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia.

“Sesungguhnya akhirat itu lebih baik untukmu
daripada dunia” (QS Al-Dhuha [93]: 4).
Permohonan itu juga berarti upaya untuk
menjadikan kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam
kehidupan dunia ini, tidak hanya terbatas dampaknya di dunia,
tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa,
menurut Al-Quran, manusia secara fitri adalah makhluk sosial
dan hidup bermasyarakat merupakan satu keniscayaan bagi
mereka.

Tingkat kecerdasan, kemampuan, dan status sosial manusia
menurut Al-Quran berbeda-beda:

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami
yang membagi antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia ini. Dan Kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
tingkat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain, dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan (0S Al-Zukhruf [43]: 32).
Musyawarah hanya dilakukan pada
hal-hal yang belum ditentukan petunjuknya, serta
persoalan-persoalan kehidupan duniawi, baik yang petunjuknya
bersifat global maupun tanpa petunjuk dan yang mengalami
perkembangan dan perubahan.
Menang, kehidupan dunia tidak akan berakhir kecuali apabila
dunia ini telah sempurna keindahannya, dan manusia telah
mengenakan semua hiasannya.

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia ini adalah
seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit,
lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanaman-tanaman di bumi di antaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi
telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya, serta pemilik-pemiliknya merasa yakin
berkuasa atasnya, ketika itu serta merta datang siksa
Kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan
tanaman-tanamannya laksana tanaman yang telah
disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
Kami kepada orang-orang yang berpikir (QS Yunus [10]:
24).
Disamping itu, Dia Ta’ala juga melarang mereka untuk berkompensasi dengan sesuatu yang berupa perhiasan kehidupan duniawi yang tidak berharga sama sekali dalam menjelaskan kebenaran perihal keimanan terhadap kerasulan Muhammad.

Dalam konsep Islam, kehidupan dunia adalah ujian bagi manusia. Untuk menguji manusia mana yang perbuatannya baik dan mana yang perbuatannya jelek. Mana manusia yang bersyukur dan mana manusia yang kufur. Hidup ini adalah ujian untuk kemudian manusia menerima balasannya di akhirat kelak. Kehidupan ini yang terdiri atas dunia bagian besar, yakni manusia dan alam semesta beserta isinya, hakikatnya adalah manusia diciptakan untuk beribadah kepada Alloh dan alam semesta adalah pelayan manusia. Baik manusia maupun alam adalah ciptaan Alloh Swt. Keberadaan manusia di muka bumi ini adalah berkat kekuasaan Alloh. Alloh yang menyediakan untuknya rezeki, yang memberinya akal, perasaan dan tubuh yang sempurna. Semua itu adalah sarana agar manusia beribadah kepada Alloh. Alloh turunkan wahyu sebagai petunjuk beribadah kepada-Nya lewat para rosul-Nya, maka manusia harus beriman kepada wahyu itu dan mengikuti wahyu itu sebagai pedoman dalam hidup selama di dunia ini.
Makna penting dari konsep ini adalah hidup dikatakan hidup menurut takaran agama jika manusia menjalankan agama. Menjalankan agama itulah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang mengingkari agama sama saja dengan mati atau hidup dirundung penyakit. Esensi agama dalam kaitannya dengan hidup ini adalah beriman kepada Alloh dan hari yaumul akhir. Beriman kepada Alloh adalah modal untuk menjalankan hidup sesuai apa yang dikehendaki-Nya. Sedangkan iman kepada hari kiamat adalah pendorong bagi manusia untuk beramal sebanyak-banyaknya karena setelah mati, nanti akan dihidupkan kembali dan bertemu dengan Alloh kemudian akan diminta pertanggungjawaban atas tingkah lakunya selama hidup di dunia. Orang yang percaya bahwa Alloh itu ada sedangkan ia tidak beriman kepada hari kiamat, akan bebas bertingkah laku di dunia ini. Ia berkeyakinan, berfikir bahwa setelah mati sudahlah selesai urusan. Tidak akan ada pertanggungjawaban, maka ia bebas bebas berbuat apa saja. Ia mencari rezeki tak peduli lagi halal dan haram. Ia memiliki pandangna hidup tak peduli berlawanan dengan Al-Quran atau tidak.
Jika kita lebih banyak mengetahui tentang hakikat manusia, hidup dan dunia ini dari Al-Quran maka akan semakin jelaslah arah, tujuan, sikap hidup yang harus kita lakukan. Betapa manusia yang keliru mengenal dirinya, dunia dan hidup ini, senantiasa gagal dalam mencapai kebahagiaan di dunia ini.Ketika mereka tidak merujuk sumber informasinya dari Al-Quran. Apalagi di akhirat kelak. Dunia ini adalah ujian. Banyak duri dan ranjau yang bisa menjebak manusia, menggiringnya ke jurang kehinaan. Tidak ada cara terbaik untuk melihat dan mengenal hakikat manusia selain dengan menggunakan apa yang dijelaskan Alloh dalam kitab-Nya Al-Quranul Kariim.
b. Mengetahui pokok agama beserta ajaran-ajarannya dari sumbernya yakni Al-Quran dan Sunnah Nabinya.
Dalam Islam konsep agama begitu jelas. Agama adalah ketundukan dan penyerahan diri kepada sesuatu menurut sebuah aturan yang menjadi keyakinan, ibadah dan pegangan hidup. Ketundukan dan penyerahan diri kepada Alloh menurut aturan wahyu yang berangkat dari keyakinan, menjadi peribadatan dan pegangan hidupnya itulah yang disebut dengan Islam. Tidak terlalu rumit untuk memhami hakikat agama seperti ini. Sehingga memang selain Islam ada agama yang lainnya. Tetapi semuanya adalah palsu. Siapa saja dari manusia yang mencari agama selain Islam, maka amal-amalnya tidak akan diterima Alloh. Di akhirat ia akan termasuk golongan yang merugi. Agama selain Islam dikatakan palsu dikarenakan apa yang mereka sembah bukanlah Tuhan tapi berhala. Aturan yang mereka gunakan untuk peribadatan tidak berasal dari wahyu Alloh. Manusia tidak akan bisa mencapai kepada hakikat peribadatan yang benar tanpa wahyu. Jadi kepalsuan agama selain Islam dapat ditelaah dari dua sisi saja sudah cukup : Pertama yang mereka sembah bukanlah tuhan dan aturan untuk menyembah bukanlah wahyu.
Demikian pula halnya dalam mengenal pokok-pokok dari Islam konsep yang harus digunakan adalah konsep Islam. Memahami Islam dengan cara pandang Islam. Tidak bisa seseorang mengenal hakikat Islam, menilai dan mengambil kesimpulan tentang Islam menurut konsep diluar cara Islam. Cara-cara di luar Islam bisa digunakan sebatas pengantar saja. Atau penambah untuk lebih meyakinkan. Meskipun tanpanya juga sudah cukup meyakinkan.
Sesungguhnya pokok dari Islam harus dikenal dari sumbernya yang terjaga. Itulah AL-Quranul Kariim. Pokok Islam itu, pertama mengenai tauhid, yakni keyakinan akan adanya Alloh dan Alloh itu Esa. Manusia wajib beribadah kepada-nya dengan tidak mempersekutukan-Nya. Tidak menyembah-Nya adalah kesalahan besar. Menyembah-Nya disamping yang lain juga kesalahan besar. Pokok Islam berikutnya adalah Syariat Nabi Muhammad Saw. Pokok Islam adalah sunah Nabi dalam menajalankan ibadah kepada Alloh. Ini mengingat bahwa sebelum Nabi Muhammad telah ada syariat yang mendahulinya, meskipun konsep tauhidnya sama. Seseorang yang hendak beribadah kepada Alloh, tidak boleh keluar dari syariat dan sunah Nabi Muhammad Saw. Apalagi dalam ibadah ritual. Ketiga, wahyunya adalah Al-Quran. Bahwa wahyu itu adalah AL-Quran merujuk Al-Quran bukanlah hal yang tidak logis. Karena Al-Quran dengan sendirinya dapat membuktikan bahwa ia adalah wahyu, meskipun manusia tidak mengenal sejarah penulisan dan pemeliharaannya.
Selanjutnya apa yang dituntut Islam dari manusia ? Hakikat manusia adalah untuk beribadah kepada Alloh. Hakikat Islam adalah aturan beribadah kepada Alloh. Jadi yang dituntut Islam atas manusia adalah hendaklah manusia beribadah kepada Alloh sesuai aturannya. Dengan kalimat yang lain yang dituntut Alloh atas manusia adalah beribadah kepada-Nya sesuai aturan Islam. Sekarang yang harus diperjelas adalah makna ibadah itu sendiri apa ? Ibadah itu artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Alloh. Jika kita mengambil bentuk umumnya ibadah itu adalah pertama, tunduk. Tunduk berarti taat pada aturan. Tunduk dalam Islam berarti taat pada aturan Islam. Aturan Islam mengenai dua hal utama dalam kaitannya dengan konsep tunduk ini, pertama tunduk dalam beragama dan kedua tunduk dalam menjalani hidup. Tunduk dalam beragama berarti aturan-aturan pokok dalam beragama dilaksanakan. Seperti tentang keimanan kepada Alloh dan hari kiamat. Ibadah sholat, zakat, shaum, ibadah haji dan lain sebagainya. Kedua tunduk dalam kehidupan berarti urusan apapun dalam hidup rela berada dalam aturan Islam. Seperti bagiamana cara berkeluarga, cara berpakaian, cara berpolitik dan seterusnya. Hal-hal semacam ini adalah persoalan kehidupan. Islam menuntut umatnya menyerahkan aturan ini kepada aturan Islam. Sekalipun manusia menganggap dirinya mampu untuk mengaturnya tanpa bimbingan wahyu. Islam menghendaki persoalan ini tunduk dibawah aturannya, jika dipenuhi maka semuanya menjadi bernilai ibadah. Kedua tentang persoalan menyerahkan diri. Konsepnya hampir mirip dengan yang pertama, tunduk. Menyerahkan diri lebih kepada rasa pengorbanan. Apapun yang dimiliki diri segalanya untuk Islam. Punya harta untuk Islam. Punya tenaga untuk Islam. Punya ilmu untuk Islam. Hal yang mendasari kepasrahan semacam ini adalah keimanan. Bahwa segalanya adalah milik Alloh. Yang akan dimilikinya adalah amal kebajikannya atas hidup dan kehidupannya yang mengacu kepada Islam untuk mencapai ridlo Alloh Swt.
Ini dapat kita pahami dari perjalanan generasi pertama dari umat Islam. Pada tahap awal mereka rela meninggalkan keyakinan lamanya yang didasarkan pada kejahilihan dan kemusyrikan. Dengan warna hidup yang sedemikian rendahnya. Mereka menggantinya dengan keyakinan yang baru. Mereka menundukan diri di hadapan wahyu. Mereka kerjakan apa yang diperintahkan wahyu dengan segenap ketaatan. Kehidupan mereka berganti dari jahiliah kepada Islam. Dari berkorban untuk berhala sekarang berkorban untuk Alloh.
d. Pokok hidup pada manusia tiga diantaranya adalah berfikir, merasa dan memenuhi kebutuhan fisik.
Telah jelas dalam uraian sebelumnya bahwa Islam menuntut dari mukminin untuk tunduk dan menyerahkan diri mereka. Tentu saja tidak boleh seorang mukmin hidupnya di satu sisi ia beribadah kepada Alloh sedangkan ia berkorban untuk membantai umat Islam. Logika mana yang bisa membenarkannya ? Tidak boleh seorang muslim mulutnya mengaku beriman kepada Alloh dan hari kiamat sementara pola pikir, hati dan perasaannya sama sekali tidak bersentuhan apalagi diisi oleh nilai-nilai Islam, konsep-konsep Islam.
Cara mengelola pikiran kita, hati kita dan makanan kita harus tunduk dalam aturan agama. Bagimana agama mengatur pikiran kita ? Agama mengarahkan agar pikiran kita dipergunakan untuk memikirkan minimal dua perkara penting. Pertama tentang tanda-tanda kebesaran Alloh yang ada di alam. Kedua berpikir tentang persiapan untuk hari berbangkit. Kedua hal ini sesugguhnya amat berdekatan dan berkaitan sekali. Letak keterkaitannya adalah yang satu mengantarkan manusia agar sujud kepada Alloh. Yang satu lagi mengokohkan manusia agar benar-benar dalam sujudnya, lantaran di hari kiamat nanti sujud itulah yang akan menjadi kebaikan di alam sana. Yang satu mendorong manusia untuk banyak bersyukur, yang satunya lagi mengokohkan agar manusia banyak-banyak bersykur karena sikap syukurlah yang akan membahagiakan dirinya di akhirat kelak. Jadi berfikir ang hidup ini hakikatnya adalah bagaimana kita menangkap hikmah dari segala yang ada, yang semakin meyakinkan kita untuk tunduk kepada Alloh. Alam ini hikmah terbesarnya adalah mengingatkan pada manusia akan karunia Alloh yang sedemikian besarnya. Hari kiamat itu hikmah terbesarnya adalah mengingatkan pada manusia bahwa di ujung kehidupan nanti ia akan dibangkitkan dan dimintai pertanggungjawabannya atas perlakuan dirinya kepada nikmat-nikmat Alloh itu baik yang ada di alam ataupun yang ada pada dirinya. Pikiran berkaitan dengan kecerdasan, semakin cerdas seseorang dalam berpikir semakin besar rasa sykurnya kepada Alloh lantaran perhatinnya kepada dua hal utama : alam ini dan alam nanti.
Bagaiamana kita mengelola hati seharusnya agar ia sejalan dengan pengharapan Islam atas umatnya ? Hati kita harus dekat dengan dua hal utama pertama Alloh. Kedua, diri kita sendiri. Hati harus banyak mengingat Alloh dan menimbang setiap kejadian yang menimpa diri sebagai karunia dari Alloh. Apakah keadaan dan kejadian itu secara fisik membawa kebaikan atau kejelekan. Hati harus banyak merenungi diri, dan menimbang apakah selama in kita sudah berbuat benar atau belum dalam hidup ini. Agama meskipun kandungannya benar, lurus dan ilmunya telah mengisi relung-relung pengetahuan kita di kepala, tetapi semuanya tergantung hati. Hati yang memutuskan untuk taat atau tidak. Karena hati tempat bersemayamnya iman. Ilmu dan indra kita hanyalah alat semata yang diam seribu bahasa jika tidak mendapat perintah dari hati ini. Bertanyalah kepada diri kita sendiri sudahkah kita menjadi pribadi yang baik dan lurus ? Pribadi yang tunduk kepada agama, pribadi yang menerapkan kaidah agama ? Agar hati kita senantias cerdas dan bergairah, maka ia harus banyak mengingat nama Alloh. Sebab ini adalah kunci ketenangan hati, ketenangan hidup.
“Ingat, dengan dzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang.” (Ar-Ra’du: 28)
Hati bisa menjadi kotor gara-gara ulah indra atau tubuh yang memasukan sembarang barang haram. Juga bisa menjadi kotor bila pembawaan hati berupa keingkaran tidak pernah dibersihkan.
Fisik kita pun harus tunduk kepada aturan Alloh. Fisik kita dalam rentangan yang amat luas semuanya berkaitan dengan hukum halal dan haram. Makanan, pakaian dan perhiasan, rumah, pekerjaan dan lain sebagainya akan senantiasa menghadapi tiga pilihan halal, haram dan syubhat. Ketundukan kepada Alloh dibuktikan dengan mengambil, mengusahakan, memilih yang halal dan meninggalkan yang haram dan syubhat.
e. Jika Umat bodoh terhadap agamanya,Maka ia bodoh pula dalam hidupnya.
Ketidaktahuan tentang tujuan hidup ini dianggap sebagai kejahilan. Kejahilan termasuk di dalamnya ketidaktahuan tentang Alloh, Rosul dan dasar-dasar dari agama. Bagaimana mungkin seorang mukmin dan muslim dapat menjalankan agamanya dan hidup di bawah naungannya jika dia tidak tahu siapa Alloh, siapa Rosululloh dan bagaimana sikap beragama yang benar ini. Barangkali dia memiliki konsep tentang semua itu. Tapi apakah sudah benar konsep-konsepnya, sudah benar sumber informasinya, sudah benar cara mempergunakannya ? Terkadang orang berdoa kepada Alloh bersama-sama berdoa kepada selain Alloh. Minta tolong kepada-Nya dan juga kepada Jin. Ini kan jahiliah namanya. Ada lagi orang yang mengambil pemahaman agamanya diambil dari kitab-kitab yang banyak berisi hadits palsu, isinya tidak menggambarkan Islam yang sesungguhnya. Bidah dianggap sunah, sunah ditinggalkan. Hal kecil dibesar-besarkan, hal besar dianggap sepele. Ketidak tahuan manusia tentang agama menyebabkan mereka berlaku dhalim dalam agamanya. Al-Quran dianggap sakral, tapi informasi yang ada di dalamnya tentang hakikat segala sesuatu, tentang kaidah Islam, tentang ajaran moral dan norma tidak pernah mereka pelajari. Terlebih lagi agama di tengah manusia yang tidak tahu untuk apa dia beragama, tentu agama menjadi sesuatu yang lucu dan menggelikan. Dan tidak tahu mengapa ia harus menyebah Alloh.
Alloh adalah Tuhan yang Hak. Setiap mukmin wajib beriman kepada Alloh secara Tauhid. Kalimat La ilaha ilallooh adalah kalimat tauhid. Konsekuensi tauhid adalah tidak mencari Tuhan lain selain Alloh. Kepada Alloh saja kita menyembah dan tidak menyembah kepada lainnya di samping Alloh. Berikutnya, tidak mencari pelindung selain Alloh. Kepada Alloh saja kita layak bertawakal dan meminta pertolongan serta memanjatkan doa-doa kita. Selanjutnya, Tidak mencari Hakim selain Alloh. Hanya hukum Alloh saja yang berhak untuk dijadikan sebagai pedoman untuk mengarungi hidup yang luas ini. Ciri dari kebanyakan manusia yang menyimpang dari tauhid, diantaranya mereka menyembah kepada selain Alloh. Ada juga yang beranggapan bahwa Alloh tidak campur tangan dengan kehidupan dunia. Sebagiannya lagi berfikir bahwa wahyu yang hakikatnya dari Alloh hanyalah kumpulan cerita dari masa lalu, kumpulan mithos. Sebagiannya lagi menolak hukum Alloh dan meyakini hukum Alloh itu tidak ada.
Tauhid kepada Alloh dan pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rosul adalah pondasi pertama dari keimanan dan keislaman seseorang. Kalimat syahadat merupakan pondasi bagi ibadah dan keimanan yang lainnya. Bagaimana mungkin seseorang beres dalam sholatnya dan rukun-rukun Islam lainnya juga dalam cabang-cabang keimanan yang lainnya, jika keimanannya kepada Alloh dan Rosul-Nya belum kokoh di hati. Bersaksi bahwa Muhammad Saw adalah Rosul berkonsekuensi pada bagaimana cara kita beragama. Tidak ada Islam tanpa Sunah Nabi. Karena ibadah-ibadah praktek dalam Islam mendasarkan pada sunah Rosululloh. Dan Rosululloh memberikan pula contoh-contoh kehidupan nyata yang di dalamnya mengandung dasar-dasar ajaran Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Beliau adalah Rosul, juga pemimpin, juga kepala keluarga, seorang lak-laki, dan dari setiap kedudukannya di tengah umat manusia menunjukan keluhuran Islam pada dirinya. Meskipun sebelum Muhammad saw diangkat jadi Nabi diakui memiliki kecerdasan luar biasa, ketinggian akhlak dalam pergaulan, kekuatan fisik dan pengetahuannya yang luas tentang masyarakat, beliau tetap dibimbing Alloh bagaimana cara hidup dan berdakwah, cara berkeluarga dan berperang, cara menata persahabatan dan ketatanegaraan. Semuanya dalam asuhan wahyu dari Alloh Swt. Karena itu Islam dibangun dengan dasar tauhid dan syariat yang dicontohkan Rosululloh SAW.
Yang sering kita saksikan adalah betapa banyaknya umat yang tidak memahami Islam secara benar. Atau kalaupun mereka memahami hanya sebagian kecil dari segudang keilmuan Islam. Kurangnya pemahaman yang luas tentang Islam bisa jadi sebab kurangnya umat Islam menerapkan Islam dalam kehidupan. Demikian pula memahami Islam dari bukan sumbernya telah menyebabkan umat ini keliru dalam melaksanakan Islam. Bukannya wajah Islam yang muncul tetapi kerancuan, bidah atau khurofat. Pesan-pesan Islam yang luhur, indah, bersih dan suci tidak nampak dalam kenyataan sehari-hari di tengah umat ini kebanyakannya. Bahkan kerusakan yang paling parah terjadi pada umat yang dianggap paling tahu tentang agama, tapi sesungguhnya ia ahli syirik, bidah, thoghut dan andad.
Bagaimana solusinya ? Pertama, setiap ilmu harus dilanjutkan dengan bukti pengamalan. Amal apapun yang kita perbuat hendaknya mendasarkan diri pada ilmu, dimulai dan diiringi dengan ikhlas. Demikian pula halnya agar Islam dilaksanakan secara kaffah, disamping kita mempersiapkan ilmu yang luas tentang Islam, kitapun harus mempersiapkan fasilitas yang akan memudahkan atau mendukung semuanya. Mengingat luasnya ajaran Islam mencakup semua lapangan kehidupan manusia, maka lapangan hidup macam apapun harus serta merta menerima kehadiran aturan Islam.
f. Pengetahuan kita tentang hidup dan ibadah menurut Islam.
Telah diuraikan di atas bahwa hakikat hidup manusia adalah sarana untuk beribadah kepada Alloh. Hakikat Islam adalah cara untuk beribadah kepada Alloh. Bagi seorang mukmin dan muslim hidupnya adalah Islam, Islamnya adalah hidupnya. Kematian buat dirinya lebih baik daripada melepaskan Islam dari hidupnya. Hidup dalam Islam berarti hidup dalam mengabdi kepada Alloh. Mengabdi kepada Alloh itulah yang merupakan tujuan utama hidup manusia. Tetapi tidak kemudian membuat manusia hanya sekedar shalat, zakat, shaum dan haji saja dalam hidupnya. Lantaran ibadah kepada Alloh itu cara-caranya mencakup seluruh apa yang dikandung dalam ajaran Islam. Sedangkan ajaran Islam bukan hanya teriri dari yang sedemikian itu. Ajaran Islam mengandung pula ajaran tentang ekonomi, berarti ketika kita bergerak di bidang ekonomi yang mendasari pada ajaran Islam, maka hal itu hakikatnya adalah beribadah kepada Alloh. Demikian halnya ketika kita berperang, itu juga ibadah, dengan syarat tentunya perang kita didasarkan pada ajaran agama pula.
Seluruh manusia wajib melakukan hal ini, yakni beribadah kepada Alloh dengan cara menerapkan seluruh ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Baik dari sudut agama itu sendiri maupun dari sudut hidup manusia. Manusia yang menunaikan kewajibannya ini memperoleh ampunan dan kehidupan yang baik. Kehidupan yang tidak akan bisa diperoleh dengan cara hidu yang berbasis non-agama, non-Islam, non-tauhid, non-dzikir. Ketika proses ibadah kepada Alloh dijadikan poros utama atas segenap amal perbuatan manusia maka perbuatan manusia itu akan berisi kebaikan, dicatat seagai kabaikan, dan dibalasi dengan kebaikan pula. Ibadah kepada Alloh adalah wajib lantaran Dialah pencipta dan tempat kembali manusia. Menjalankan Islam wajib karena Alloh telah memilih Islam sebagai jalan yang lurus bagi manusia untuk sampai pada keridoan Alloh Swt.
Beribadah kepada Alloh merupakan jalan yang lurus. Satu-satunya jalan. Tidak ada jalan lain untuk manusia menuju selamat kehidupannya di dunia dan akhirat. Agar ia beroleh kebahagiaan di dunia dan beroleh pahala di akhirat kelak. Sedangkan menyembah syetan atau berhala adalah jalan yang sesat. Syetan dan berhala tidaklah bisa menolong manusia, tidak bisa mendatangkan kecelakaan. Menolak seruan untuk menyembah Allah dan mengikuti tipu daya syetan adalah penyebab datangnya bencana diduna dan diakhirat kelak. Jalan yang lurus itu adalah Islam, yang berpegang kepada wahyu, sesuai akal, hati nurani dan mengandung ajaran yang memuliakan manusia, memuliakan hidup ini.
Islam berpegang kepada wahyu. Ibadah kita berpegang kepada wahyu. Wahyu adalah petunjuk Alloh. Alloh adalah Pencipta manusia dan alam semesta. Hidup yang berbasis Islam adalah hidup bebasis petunjuk Pencipta manusia. Tetapi wahyu hanya bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki iman dan takut kepada Allah. Wahyu membimbing manusia mengenal Allah lebih dekat, menghindarkan manusia dari kejahiliyahan, dan mengingatkan manusia dari kelalaian. Fungsinya akan seperti ini bagi mereka yang mengakui Alloh sebagai pencipta-Nya. Wahyu membantu menusia mengenal lebih banyak nikmat dari Allah. Bagaimana menyusun sikap yang terbaik atas nikmat itu, dan mengenal negri akhirat adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan pengalaman manusia. Wahyu membukakan pikiran, hati, pengalaman dan akal manusia tentang hal itu dan tentang kepalsuan tuhan-tuhan selain Allah.
Dengan demikian kesimpulan yang dapat di ambil adalah manusia wajib mengenal Allah lebih dekat, agar semakin besar rasa keimanan, kecintaan, takut dan harapan kepadaNya. Manusia wajib mengenal Islam lebih dekat, karena Islam jaminan agama yang hak disisi Allah, sempurna, dan sesuai dengan fitrah manusia. Manusia wajib mengenal lebih dekat akan Al-qur’an dan Nabi Muhammad Saw. karena keduanya penuntun utama benar lurusnya ibadah kita kepada Allah SWT. Kurang lebih seperti itulah pengetahuan kita tentang Islam, dengan mengkaji salah satu surat dalam Al-Quran, yakni surat Yassin.
Cara agar hidup lebih hidup itu tiada lain adalah dengan ibadah kepada Alloh. Ibadah yang diterima Alloh, itulah kehidupan yang sesungguhnya. Hidup yang bermakna. Agar ibadah kita diterima Alloh Swt, menurut uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut : beriman kepada pokok-pokok Aqidah islam (iman), mengikuti petunjuk, arahan, bimbingan, dari wahyu dan Rasulullah. (ilmu), melaksanakan ibadah itu dengan penuh keikhlasan, diiringi ketabahan, kontinyuitas, koreksi, kesungguhan, melengkapi dengan sesama dan kemudahan. (ihsan), menghias diri dengan berbagai keutamaan-keutamaan untuk lebih mengenal Allah, agama, Rosulullah, menjadikan ibadah tersebut sebagai poros bagi amal perbuatan atau amal shalih ditengan umat manusia dalam kerangka melaksanakan syari’at Islam, agar semuanya berjalan lancar dan tuntas kuncinya, kaffah, dan berwibawa harus di sokong oleh kekuatan negara, mesyarakat, keluarga dan pribadi.
g. Jika manusia tidak beribadah kepada Allah dan hari kiamat
Apabila manusia tidak beribadah kepada Alloh, apapun alasannya maka dapat kita berfikir tentang hakikat ini.
a manusia menyalahi akal, nurani, dan pengalamannya.
b. maka segenap amal perbuatannya semau mempertanggungjawab kannya
c. menggantinya dengan beribadah kepada berhala, hawa nafsu atau syetan.
d. ketetapan yang yang berlaku atasnya adalah datangnya bencana dan kerugian hidup di Akhirat kelak.
e. prilakunya mencerminkan kejahilian, kekacauan berfikir, putus asa, senantiasa memiliki rasa permusuhan
f. senantiasa memiliki rasa permusuhan kepada islam, dan berdaya upaya untuk menghancurkannya dari berbagai jurusan dengan berbagai cara.
g. ciri utamanya mencintai kehidupan dunia memandang logis, baik, indah, akan tingkah lakunya yang buruk.
h. tak henti-hentinya dirunding masalah problema, bencana, kesusahan, kesempata.
i. kasus filsafat metrealisme, evalusi dan fremansory, pki dll.
Kenapa manusia bisa menyembah selain Alloh, padahal agama yang mula-mula adalah Islam ?
1. Akibat tipu daya Iblis ( 34: 20 ). karena mereka ragu-ragu kepada negri akhirat ( 34 :21).
Karena sifat sombong. (34: 31). Lantaran kemewahan, anak buah dan pengikut ( 34 : 34-35) Karena bersifat lemah di hadapan orang-orang yang sombong ( 34:32-33).Karena mereka menyembah jin ( 34 : 41) Karena keserakahan terhadap dunia dan ketidakpedulian terhadap sesama manusia. Yang menumpuk-numpuk.harta kekayaan dan menghitung-hitungnya. orang-orang
yang tidak mempedulikan penderitaan anak-anak yatim dan
orang-orang miskin dikualifikasikan sebagai orang-orang yang
membohongkan agama. Surah
al-Takatsur, memberikan peringatan keras terhadap orang-orang
yang asyik berlomba-lomba dalam kemewahan dan kekayaan. Dalam Surah al-Layli yang diwahyukan dalam urutan ke-10
diberikan kabar baik terhadap mereka yang suka memberi dan
sebaliknya kabar buruk bagi mereka yang kikir dan bakhil. Yang terakhir Surah al-Balad yang diwahyukan dalam urutan
ke-11, menyinggung keengganan manusia memberikan bantuan
kepada sesamanya yang hidup dalam penderitaan dan
kesengsaraan.

h. Logika orang-orang kafir
1. mustahil badan yang sudah hancur sehancur-hancurnya atau telah menjadi tulang belulang bisa dikembalikan lagi menjadi makhluk yang baru. (34 : 7). Hakikatnya mereka ini tidak beriman kepada hari akhirat. ( 34 8 ). Nyata-nyata mereka mengatakan bahwa hari berbangkit itu tidak akan datang. ( 34 : 3 ).
Jika ada manusia yang datang kepada orang yang memiliki logika ini dan mengatakan bahwa hari akhirat itu benar-benar akan ada, maka dengan mengikuti alur logika mereka sendiri, mereka akan segera membatahnya dengan mengatakan bahwa orang tersebut pembual ( tidak sesuai data ilmiah ) atau gila ( irrasional ).Mereka mengatakan bahwa mereka mengingkari wahyu (34:34). Wahyu itu hanya menghalang-halangi ibadah, dan isinya hanyalah dusta belaka. Dan jika cukup bukti tentang benarnya wahyu mererka mengatakan wahyu itu sihir. (34 : 43). Kalau sudah demikian maka bagaimana mungkin mereka melakukan ibadah kepada Alloh.
2. apa yang mereka peroleh dari harta dan kehidupan duniawi dipercaya sebagai hasil usaha dan ilmu mereka tanpa ada campur tangan Alloh. Sehingga tatkala mereka disuruh untuk bersyukur kepada Alloh, tentu saja mereka menolaknya. Apalagi untuk beribadah kepada Alloh.
Manusia umumnya :
1. Percaya bahwa Alloh ada
2. Menolak kedatangan Rosul dan wahyu.

Dengan memperhatikan ungkapan aktsar al-Nas, kita dapat
menyimpulkan, sebagian besar manusia mempunyai kwalitas
rendah, baik dari segi ilmu maupun dari segi iman. Menurut
al-Qur’an sebagian manusia itu tidak berilmu (7:187; 12:21;
28,68; 30:6, 30; 45:26; 34:28,36; 40:57), tidak bersyukur
(40:61; 2:243; 12:38), tidak beriman (11:17; 12:103; 13:1),
fasiq (5:49), melalaikan ayat-ayat Allah (10:92), kafir
(17:89; 25:50), dan kebanyakan harus menanggung azab (22:18).

Memuliakan Hidup dan Agama
Memahami Hidup dan Agama.
Letak kemuliaan hidup dan kemuliaan agama terutama dalam panggung sejarah dan kenyataan-kenyataan sosial terletak pada pemahaman umat yang lurus terhadap agamanya. Dengan.pemahaman itu mereka menjalankan, mengamalkan, dan melaksanakan agama dengan semua pokok dan cabang-cabangnya. Mereka tidak meninggalkan dan meningkari satupun perkara atau bagian dari agama. Dalam hal ini kaidah melaksanakan Islam secara kaffah berlaku pada umatnya. Mereka memahami Islam dan tidak berhenti hanya sebatas pengetahuan saja, mereka pun dengan segera mempersiapkan diri dan berbuat untuk melaksanakan apa yang diperintahkan agama. Dan sesegera pula meninggalkan apa yang dilarang oleh agama.
Memuliakan hidup itu hanyalah dengan agama. Orang yang tidak pernah mengenal agama secara benar dan tidak pernah menjalankan agama sebagaimana yang seharusnya, tidak akan pernah mencapai kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Untuk memuliakan hidup dengan agama, pertama kita harus mengenal hakikat hidup, dunia dan manusia dari sudut agama, kedua kita harus mengetahui hakikat agama beserta ajaran-ajarannya dari sumbernya yakni Al-Quran dan Sunnah Nabinya. Ketiga, pokok agama adalah keyakinan kepada Alloh. Iman kepada Alloh. Sehingga kadar agama kita diukur dari seberapa besar perhatian kita kepada Alloh, baik dalam kadar ilmu kita, kadar akhlak kita kepada-Nya, dan kadar pengharapan kita atas pertolongan-Nya. Keempat, pokok hidup pada manusia tiga diantaranya adalah berfikir, merasa dan memenuhi kebutuhan fisik. Cara mengelola fikiran kita, hati kita dan makanan kita harus tunduk dalam aturan agama.
a. Mengenal hakikat hidup, dunia dan manusia.
Islam memiliki konsep-konsep yang jelas tentang hakikat hidup, dunia, manusia dan alam semesta. Konsep-konsep Islam mengenai manusia dan kenyataan-kenyataan di muka bumi ini merupakan konsep yang dijelaskan Alloh Penciptanya. Sehingga kualitasnya tak perlu lagi dipertanyakan. Siapapun yang menggunakan konsep-konsep sebagaimana yang dijelaskan oleh AL-Quran maka ia akan merasa puas dan tenang batinnya. Akan terarah tindakannya dan cara menyikapinya.
Dalam konsep Islam, kehidupan dunia adalah ujian bagi manusia. Untuk menguji manusia mana yang perbuatannya baik dan mana yang perbuatannya jelek. Mana manusia yang bersyukur dan mana manusia yang kufur. Hidup ini adalah ujian untuk kemudian manusia menerima balasannya di akhirat kelak. Kehidupan ini yang terdiri atas dunia bagian besar, yakni manusia dan alam semesta beserta isinya, hakikatnya adalah manusia diciptakan untuk beribadah kepada Alloh dan alam semesta adalah pelayan manusia. Baik manusia maupun alam adalah ciptaan Alloh Swt. Keberadaan manusia di muka bumi ini adalah berkat kekuasaan Alloh. Alloh yang menyediakan untuknya rezeki, yang memberinya akal, perasaan dan tubuh yang sempurna. Semua itu adalah sarana agar manusia beribadah kepada Alloh. Alloh turunkan wahyu sebagai petunjuk beribadah kepada-Nya lewat para rosul-Nya, maka manusia harus beriman kepada wahyu itu dan mengikuti wahyu itu sebagai pedoman dalam hidup selama di dunia ini.
Makna penting dari konsep ini adalah hidup dikatakan hidup menurut takaran agama jika manusia menjalankan agama. Menjalankan agama itulah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang mengingkari agama sama saja dengan mati atau hidup dirundung penyakit. Esensi agama dalam kaitannya dengan hidup ini adalah beriman kepada Alloh dan hari yaumul akhir. Beriman kepada Alloh adalah modal untuk menjalankan hidup sesuai apa yang dikehendaki-Nya. Sedangkan iman kepada hari kiamat adalah pendorong bagi manusia untuk beramal sebanyak-banyaknya karena setelah mati, nanti akan dihidupkan kembali dan bertemu dengan Alloh kemudian akan diminta pertanggungjawaban atas tingkah lakunya selama hidup di dunia. Orang yang percaya bahwa Alloh itu ada sedangkan ia tidak beriman kepada hari kiamat, akan bebas bertingkah laku di dunia ini. Ia berkeyakinan, berfikir bahwa setelah mati sudahlah selesai urusan. Tidak akan ada pertanggungjawaban, maka ia bebas bebas berbuat apa saja. Ia mencari rezeki tak peduli lagi halal dan haram. Ia memiliki pandangna hidup tak peduli berlawanan dengan Al-Quran atau tidak.
Jika kita lebih banyak mengetahui tentang hakikat manusia, hidup dan dunia ini dari Al-Quran maka akan semakin jelaslah arah, tujuan, sikap hidup yang harus kita lakukan. Betapa manusia yang keliru mengenal dirinya, dunia dan hidup ini, senantiasa gagal dalam mencapai kebahagiaan di dunia ini.Ketika mereka tidak merujuk sumber informasinya dari Al-Quran. Apalagi di akhirat kelak. Dunia ini adalah ujian. Banyak duri dan ranjau yang bisa menjebak manusia, menggiringnya ke jurang kehinaan. Tidak ada cara terbaik untuk melihat dan mengenal hakikat manusia selain dengan menggunakan apa yang dijelaskan Alloh dalam kitab-Nya Al-Quranul Kariim.
b. Mengetahui pokok agama beserta ajaran-ajarannya dari sumbernya yakni Al-Quran dan Sunnah Nabinya.
Dalam Islam konsep agama begitu jelas. Agama adalah ketundukan dan penyerahan diri kepada sesuatu menurut sebuah aturan yang menjadi keyakinan, ibadah dan pegangan hidup. Ketundukan dan penyerahan diri kepada Alloh menurut aturan wahyu yang berangkat dari keyakinan, menjadi peribadatan dan pegangan hidupnya itulah yang disebut dengan Islam. Tidak terlalu rumit untuk memhami hakikat agama seperti ini. Sehingga memang selain Islam ada agama yang lainnya. Tetapi semuanya adalah palsu. Siapa saja dari manusia yang mencari agama selain Islam, maka amal-amalnya tidak akan diterima Alloh. Di akhirat ia akan termasuk golongan yang merugi. Agama selain Islam dikatakan palsu dikarenakan apa yang mereka sembah bukanlah Tuhan tapi berhala. Aturan yang mereka gunakan untuk peribadatan tidak berasal dari wahyu Alloh. Manusia tidak akan bisa mencapai kepada hakikat peribadatan yang benar tanpa wahyu. Jadi kepalsuan agama selain Islam dapat ditelaah dari dua sisi saja sudah cukup : Pertama yang mereka sembah bukanlah tuhan dan aturan untuk menyembah bukanlah wahyu.
Demikian pula halnya dalam mengenal pokok-pokok dari Islam konsep yang harus digunakan adalah konsep Islam. Memahami Islam dengan cara pandang Islam. Tidak bisa seseorang mengenal hakikat Islam, menilai dan mengambil kesimpulan tentang Islam menurut konsep diluar cara Islam. Cara-cara di luar Islam bisa digunakan sebatas pengantar saja. Atau penambah untuk lebih meyakinkan. Meskipun tanpanya juga sudah cukup meyakinkan.
Sesungguhnya pokok dari Islam harus dikenal dari sumbernya yang terjaga. Itulah AL-Quranul Kariim. Pokok Islam itu, pertama mengenai tauhid, yakni keyakinan akan adanya Alloh dan Alloh itu Esa. Manusia wajib beribadah kepada-nya dengan tidak mempersekutukan-Nya. Tidak menyembah-Nya adalah kesalahan besar. Menyembah-Nya disamping yang lain juga kesalahan besar. Pokok Islam berikutnya adalah Syariat Nabi Muhammad Saw. Pokok Islam adalah sunah Nabi dalam menajalankan ibadah kepada Alloh. Ini mengingat bahwa sebelum Nabi Muhammad telah ada syariat yang mendahulinya, meskipun konsep tauhidnya sama. Seseorang yang hendak beribadah kepada Alloh, tidak boleh keluar dari syariat dan sunah Nabi Muhammad Saw. Apalagi dalam ibadah ritual. Ketiga, wahyunya adalah Al-Quran. Bahwa wahyu itu adalah AL-Quran merujuk Al-Quran bukanlah hal yang tidak logis. Karena Al-Quran dengan sendirinya dapat membuktikan bahwa ia adalah wahyu, meskipun manusia tidak mengenal sejarah penulisan dan pemeliharaannya.
Selanjutnya apa yang dituntut Islam dari manusia ? Hakikat manusia adalah untuk beribadah kepada Alloh. Hakikat Islam adalah aturan beribadah kepada Alloh. Jadi yang dituntut Islam atas manusia adalah hendaklah manusia beribadah kepada Alloh sesuai aturannya. Dengan kalimat yang lain yang dituntut Alloh atas manusia adalah beribadah kepada-Nya sesuai aturan Islam. Sekarang yang harus diperjelas adalah makna ibadah itu sendiri apa ? Ibadah itu artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Alloh. Jika kita mengambil bentuk umumnya ibadah itu adalah pertama, tunduk. Tunduk berarti taat pada aturan. Tunduk dalam Islam berarti taat pada aturan Islam. Aturan Islam mengenai dua hal utama dalam kaitannya dengan konsep tunduk ini, pertama tunduk dalam beragama dan kedua tunduk dalam menjalani hidup. Tunduk dalam beragama berarti aturan-aturan pokok dalam beragama dilaksanakan. Seperti tentang keimanan kepada Alloh dan hari kiamat. Ibadah sholat, zakat, shaum, ibadah haji dan lain sebagainya. Kedua tunduk dalam kehidupan berarti urusan apapun dalam hidup rela berada dalam aturan Islam. Seperti bagiamana cara berkeluarga, cara berpakaian, cara berpolitik dan seterusnya. Hal-hal semacam ini adalah persoalan kehidupan. Islam menuntut umatnya menyerahkan aturan ini kepada aturan Islam. Sekalipun manusia menganggap dirinya mampu untuk mengaturnya tanpa bimbingan wahyu. Islam menghendaki persoalan ini tunduk dibawah aturannya, jika dipenuhi maka semuanya menjadi bernilai ibadah. Kedua tentang persoalan menyerahkan diri. Konsepnya hampir mirip dengan yang pertama, tunduk. Menyerahkan diri lebih kepada rasa pengorbanan. Apapun yang dimiliki diri segalanya untuk Islam. Punya harta untuk Islam. Punya tenaga untuk Islam. Punya ilmu untuk Islam. Hal yang mendasari kepasrahan semacam ini adalah keimanan. Bahwa segalanya adalah milik Alloh. Yang akan dimilikinya adalah amal kebajikannya atas hidup dan kehidupannya yang mengacu kepada Islam untuk mencapai ridlo Alloh Swt.
Ini dapat kita pahami dari perjalanan generasi pertama dari umat Islam. Pada tahap awal mereka rela meninggalkan keyakinan lamanya yang didasarkan pada kejahilihan dan kemusyrikan. Dengan warna hidup yang sedemikian rendahnya. Mereka menggantinya dengan keyakinan yang baru. Mereka menundukan diri di hadapan wahyu. Mereka kerjakan apa yang diperintahkan wahyu dengan segenap ketaatan. Kehidupan mereka berganti dari jahiliah kepada Islam. Dari berkorban untuk berhala sekarang berkorban untuk Alloh.
c. Pokok hidup pada manusia tiga diantaranya adalah berfikir, merasa dan memenuhi kebutuhan fisik.
Telah jelas dalam uraian sebelumnya bahwa Islam menuntut dari mukminin untuk tunduk dan menyerahkan diri mereka. Tentu saja tidak boleh seorang mukmin hidupnya di satu sisi ia beribadah kepada Alloh sedangkan ia berkorban untuk membantai umat Islam. Logika mana yang bisa membenarkannya ? Tidak boleh seorang muslim mulutnya mengaku beriman kepada Alloh dan hari kiamat sementara pola pikir, hati dan perasaannya sama sekali tidak bersentuhan apalagi diisi oleh nilai-nilai Islam, konsep-konsep Islam.
Cara mengelola pikiran kita, hati kita dan makanan kita harus tunduk dalam aturan agama. Bagimana agama mengatur pikiran kita ? Agama mengarahkan agar pikiran kita dipergunakan untuk memikirkan minimal dua perkara penting. Pertama tentang tanda-tanda kebesaran Alloh yang ada di alam. Kedua berpikir tentang persiapan untuk hari berbangkit. Kedua hal ini sesugguhnya amat berdekatan dan berkaitan sekali. Letak keterkaitannya adalah yang satu mengantarkan manusia agar sujud kepada Alloh. Yang satu lagi mengokohkan manusia agar benar-benar dalam sujudnya, lantaran di hari kiamat nanti sujud itulah yang akan menjadi kebaikan di alam sana. Yang satu mendorong manusia untuk banyak bersyukur, yang satunya lagi mengokohkan agar manusia banyak-banyak bersykur karena sikap syukurlah yang akan membahagiakan dirinya di akhirat kelak. Jadi berfikir ang hidup ini hakikatnya adalah bagaimana kita menangkap hikmah dari segala yang ada, yang semakin meyakinkan kita untuk tunduk kepada Alloh. Alam ini hikmah terbesarnya adalah mengingatkan pada manusia akan karunia Alloh yang sedemikian besarnya. Hari kiamat itu hikmah terbesarnya adalah mengingatkan pada manusia bahwa di ujung kehidupan nanti ia akan dibangkitkan dan dimintai pertanggungjawabannya atas perlakuan dirinya kepada nikmat-nikmat Alloh itu baik yang ada di alam ataupun yang ada pada dirinya. Pikiran berkaitan dengan kecerdasan, semakin cerdas seseorang dalam berpikir semakin besar rasa sykurnya kepada Alloh lantaran perhatinnya kepada dua hal utama : alam ini dan alam nanti.
Bagaiamana kita mengelola hati seharusnya agar ia sejalan dengan pengharapan Islam atas umatnya ? Hati kita harus dekat dengan dua hal utama pertama Alloh. Kedua, diri kita sendiri. Hati harus banyak mengingat Alloh dan menimbang setiap kejadian yang menimpa diri sebagai karunia dari Alloh. Apakah keadaan dan kejadian itu secara fisik membawa kebaikan atau kejelekan. Hati harus banyak merenungi diri, dan menimbang apakah selama in kita sudah berbuat benar atau belum dalam hidup ini. Agama meskipun kandungannya benar, lurus dan ilmunya telah mengisi relung-relung pengetahuan kita di kepala, tetapi semuanya tergantung hati. Hati yang memutuskan untuk taat atau tidak. Karena hati tempat bersemayamnya iman. Ilmu dan indra kita hanyalah alat semata yang diam seribu bahasa jika tidak mendapat perintah dari hati ini. Bertanyalah kepada diri kita sendiri sudahkah kita menjadi pribadi yang baik dan lurus ? Pribadi yang tunduk kepada agama, pribadi yang menerapkan kaidah agama ? Agar hati kita senantias cerdas dan bergairah, maka ia harus banyak mengingat nama Alloh. Sebab ini adalah kunci ketenangan hati, ketenangan hidup.
“Ingat, dengan dzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang.” (Ar-Ra’du: 28)
Hati bisa menjadi kotor gara-gara ulah indra atau tubuh yang memasukan sembarang barang haram. Juga bisa menjadi kotor bila pembawaan hati berupa keingkaran tidak pernah dibersihkan.
Fisik kita pun harus tunduk kepada aturan Alloh. Fisik kita dalam rentangan yang amat luas semuanya berkaitan dengan hukum halal dan haram. Makanan, pakaian dan perhiasan, rumah, pekerjaan dan lain sebagainya akan senantiasa menghadapi tiga pilihan halal, haram dan syubhat. Ketundukan kepada Alloh dibuktikan dengan mengambil, mengusahakan, memilih yang halal dan meninggalkan yang haram dan syubhat.
d. Jika Umat bodoh terhadap agamanya,Maka ia bodoh pula dalam hidupnya.
Ketidaktahuan tentang tujuan hidup ini dianggap sebagai kejahilan. Kejahilan termasuk di dalamnya ketidaktahuan tentang Alloh, Rosul dan dasar-dasar dari agama. Bagaimana mungkin seorang mukmin dan muslim dapat menjalankan agamanya dan hidup di bawah naungannya jika dia tidak tahu siapa Alloh, siapa Rosululloh dan bagaimana sikap beragama yang benar ini. Barangkali dia memiliki konsep tentang semua itu. Tapi apakah sudah benar konsep-konsepnya, sudah benar sumber informasinya, sudah benar cara mempergunakannya ? Terkadang orang berdoa kepada Alloh bersama-sama berdoa kepada selain Alloh. Minta tolong kepada-Nya dan juga kepada Jin. Ini kan jahiliah namanya. Ada lagi orang yang mengambil pemahaman agamanya diambil dari kitab-kitab yang banyak berisi hadits palsu, isinya tidak menggambarkan Islam yang sesungguhnya. Bidah dianggap sunah, sunah ditinggalkan. Hal kecil dibesar-besarkan, hal besar dianggap sepele. Ketidak tahuan manusia tentang agama menyebabkan mereka berlaku dhalim dalam agamanya. Al-Quran dianggap sakral, tapi informasi yang ada di dalamnya tentang hakikat segala sesuatu, tentang kaidah Islam, tentang ajaran moral dan norma tidak pernah mereka pelajari. Terlebih lagi agama di tengah manusia yang tidak tahu untuk apa dia beragama, tentu agama menjadi sesuatu yang lucu dan menggelikan. Dan tidak tahu mengapa ia harus menyebah Alloh.
Alloh adalah Tuhan yang Hak. Setiap mukmin wajib beriman kepada Alloh secara Tauhid. Kalimat La ilaha ilallooh adalah kalimat tauhid. Konsekuensi tauhid adalah tidak mencari Tuhan lain selain Alloh. Kepada Alloh saja kita menyembah dan tidak menyembah kepada lainnya di samping Alloh. Berikutnya, tidak mencari pelindung selain Alloh. Kepada Alloh saja kita layak bertawakal dan meminta pertolongan serta memanjatkan doa-doa kita. Selanjutnya, Tidak mencari Hakim selain Alloh. Hanya hukum Alloh saja yang berhak untuk dijadikan sebagai pedoman untuk mengarungi hidup yang luas ini. Ciri dari kebanyakan manusia yang menyimpang dari tauhid, diantaranya mereka menyembah kepada selain Alloh. Ada juga yang beranggapan bahwa Alloh tidak campur tangan dengan kehidupan dunia. Sebagiannya lagi berfikir bahwa wahyu yang hakikatnya dari Alloh hanyalah kumpulan cerita dari masa lalu, kumpulan mithos. Sebagiannya lagi menolak hukum Alloh dan meyakini hukum Alloh itu tidak ada.
Tauhid kepada Alloh dan pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rosul adalah pondasi pertama dari keimanan dan keislaman seseorang. Kalimat syahadat merupakan pondasi bagi ibadah dan keimanan yang lainnya. Bagaimana mungkin seseorang beres dalam sholatnya dan rukun-rukun Islam lainnya juga dalam cabang-cabang keimanan yang lainnya, jika keimanannya kepada Alloh dan Rosul-Nya belum kokoh di hati. Bersaksi bahwa Muhammad Saw adalah Rosul berkonsekuensi pada bagaimana cara kita beragama. Tidak ada Islam tanpa Sunah Nabi. Karena ibadah-ibadah praktek dalam Islam mendasarkan pada sunah Rosululloh. Dan Rosululloh memberikan pula contoh-contoh kehidupan nyata yang di dalamnya mengandung dasar-dasar ajaran Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Beliau adalah Rosul, juga pemimpin, juga kepala keluarga, seorang lak-laki, dan dari setiap kedudukannya di tengah umat manusia menunjukan keluhuran Islam pada dirinya. Meskipun sebelum Muhammad saw diangkat jadi Nabi diakui memiliki kecerdasan luar biasa, ketinggian akhlak dalam pergaulan, kekuatan fisik dan pengetahuannya yang luas tentang masyarakat, beliau tetap dibimbing Alloh bagaimana cara hidup dan berdakwah, cara berkeluarga dan berperang, cara menata persahabatan dan ketatanegaraan. Semuanya dalam asuhan wahyu dari Alloh Swt. Karena itu Islam dibangun dengan dasar tauhid dan syariat yang dicontohkan Rosululloh SAW.
Yang sering kita saksikan adalah betapa banyaknya umat yang tidak memahami Islam secara benar. Atau kalaupun mereka memahami hanya sebagian kecil dari segudang keilmuan Islam. Kurangnya pemahaman yang luas tentang Islam bisa jadi sebab kurangnya umat Islam menerapkan Islam dalam kehidupan. Demikian pula memahami Islam dari bukan sumbernya telah menyebabkan umat ini keliru dalam melaksanakan Islam. Bukannya wajah Islam yang muncul tetapi kerancuan, bidah atau khurofat. Pesan-pesan Islam yang luhur, indah, bersih dan suci tidak nampak dalam kenyataan sehari-hari di tengah umat ini kebanyakannya. Bahkan kerusakan yang paling parah terjadi pada umat yang dianggap paling tahu tentang agama, tapi sesungguhnya ia ahli syirik, bidah, thoghut dan andad.
Bagaimana solusinya ? Pertama, setiap ilmu harus dilanjutkan dengan bukti pengamalan. Amal apapun yang kita perbuat hendaknya mendasarkan diri pada ilmu, dimulai dan diiringi dengan ikhlas. Demikian pula halnya agar Islam dilaksanakan secara kaffah, disamping kita mempersiapkan ilmu yang luas tentang Islam, kitapun harus mempersiapkan fasilitas yang akan memudahkan atau mendukung semuanya. Mengingat luasnya ajaran Islam mencakup semua lapangan kehidupan manusia, maka lapangan hidup macam apapun harus serta merta menerima kehadiran aturan Islam.
e. Pengetahuan kita tentang hidup dan ibadah menurut Islam.
Telah diuraikan di atas bahwa hakikat hidup manusia adalah sarana untuk beribadah kepada Alloh. Hakikat Islam adalah cara untuk beribadah kepada Alloh. Bagi seorang mukmin dan muslim hidupnya adalah Islam, Islamnya adalah hidupnya. Kematian buat dirinya lebih baik daripada melepaskan Islam dari hidupnya. Hidup dalam Islam berarti hidup dalam mengabdi kepada Alloh. Mengabdi kepada Alloh itulah yang merupakan tujuan utama hidup manusia. Tetapi tidak kemudian membuat manusia hanya sekedar shalat, zakat, shaum dan haji saja dalam hidupnya. Lantaran ibadah kepada Alloh itu cara-caranya mencakup seluruh apa yang dikandung dalam ajaran Islam. Sedangkan ajaran Islam bukan hanya teriri dari yang sedemikian itu. Ajaran Islam mengandung pula ajaran tentang ekonomi, berarti ketika kita bergerak di bidang ekonomi yang mendasari pada ajaran Islam, maka hal itu hakikatnya adalah beribadah kepada Alloh. Demikian halnya ketika kita berperang, itu juga ibadah, dengan syarat tentunya perang kita didasarkan pada ajaran agama pula.
Seluruh manusia wajib melakukan hal ini, yakni beribadah kepada Alloh dengan cara menerapkan seluruh ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Baik dari sudut agama itu sendiri maupun dari sudut hidup manusia. Manusia yang menunaikan kewajibannya ini memperoleh ampunan dan kehidupan yang baik. Kehidupan yang tidak akan bisa diperoleh dengan cara hidu yang berbasis non-agama, non-Islam, non-tauhid, non-dzikir. Ketika proses ibadah kepada Alloh dijadikan poros utama atas segenap amal perbuatan manusia maka perbuatan manusia itu akan berisi kebaikan, dicatat seagai kabaikan, dan dibalasi dengan kebaikan pula. Ibadah kepada Alloh adalah wajib lantaran Dialah pencipta dan tempat kembali manusia. Menjalankan Islam wajib karena Alloh telah memilih Islam sebagai jalan yang lurus bagi manusia untuk sampai pada keridoan Alloh Swt.
Beribadah kepada Alloh merupakan jalan yang lurus. Satu-satunya jalan. Tidak ada jalan lain untuk manusia menuju selamat kehidupannya di dunia dan akhirat. Agar ia beroleh kebahagiaan di dunia dan beroleh pahala di akhirat kelak. Sedangkan menyembah syetan atau berhala adalah jalan yang sesat. Syetan dan berhala tidaklah bisa menolong manusia, tidak bisa mendatangkan kecelakaan. Menolak seruan untuk menyembah Allah dan mengikuti tipu daya syetan adalah penyebab datangnya bencana diduna dan diakhirat kelak. Jalan yang lurus itu adalah Islam, yang berpegang kepada wahyu, sesuai akal, hati nurani dan mengandung ajaran yang memuliakan manusia, memuliakan hidup ini.
Islam berpegang kepada wahyu. Ibadah kita berpegang kepada wahyu. Wahyu adalah petunjuk Alloh. Alloh adalah Pencipta manusia dan alam semesta. Hidup yang berbasis Islam adalah hidup bebasis petunjuk Pencipta manusia. Tetapi wahyu hanya bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki iman dan takut kepada Allah. Wahyu membimbing manusia mengenal Allah lebih dekat, menghindarkan manusia dari kejahiliyahan, dan mengingatkan manusia dari kelalaian. Fungsinya akan seperti ini bagi mereka yang mengakui Alloh sebagai pencipta-Nya. Wahyu membantu menusia mengenal lebih banyak nikmat dari Allah. Bagaimana menyusun sikap yang terbaik atas nikmat itu, dan mengenal negri akhirat adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan pengalaman manusia. Wahyu membukakan pikiran, hati, pengalaman dan akal manusia tentang hal itu dan tentang kepalsuan tuhan-tuhan selain Allah.
Dengan demikian kesimpulan yang dapat di ambil adalah manusia wajib mengenal Allah lebih dekat, agar semakin besar rasa keimanan, kecintaan, takut dan harapan kepadaNya. Manusia wajib mengenal Islam lebih dekat, karena Islam jaminan agama yang hak disisi Allah, sempurna, dan sesuai dengan fitrah manusia. Manusia wajib mengenal lebih dekat akan Al-qur’an dan Nabi Muhammad Saw. karena keduanya penuntun utama benar lurusnya ibadah kita kepada Allah SWT. Kurang lebih seperti itulah pengetahuan kita tentang Islam, dengan mengkaji salah satu surat dalam Al-Quran, yakni surat Yassin.
Cara agar hidup lebih hidup itu tiada lain adalah dengan ibadah kepada Alloh. Ibadah yang diterima Alloh, itulah kehidupan yang sesungguhnya. Hidup yang bermakna. Agar ibadah kita diterima Alloh Swt, menurut uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut : beriman kepada pokok-pokok Aqidah islam (iman), mengikuti petunjuk, arahan, bimbingan, dari wahyu dan Rasulullah. (ilmu), melaksanakan ibadah itu dengan penuh keikhlasan, diiringi ketabahan, kontinyuitas, koreksi, kesungguhan, melengkapi dengan sesama dan kemudahan. (ihsan), menghias diri dengan berbagai keutamaan-keutamaan untuk lebih mengenal Allah, agama, Rosulullah, menjadikan ibadah tersebut sebagai poros bagi amal perbuatan atau amal shalih ditengan umat manusia dalam kerangka melaksanakan syari’at Islam, agar semuanya berjalan lancar dan tuntas kuncinya, kaffah, dan berwibawa harus di sokong oleh kekuatan negara, mesyarakat, keluarga dan pribadi.
f. Jika manusia tidak beribadah kepada Allah dan hari kiamat
Apabila manusia tidak beribadah kepada Alloh, apapun alasannya maka dapat kita berfikir tentang hakikat ini. Manusia menyalahi akal, nurani, dan pengalamannya. Maka segenap amal perbuatannya didasarkan pada kebodohan dan hawa nafsunya. Menggantinya dengan beribadah kepada berhala, hawa nafsu atau syetan. Ketetapan yang berlaku atasnya adalah datangnya bencana dan kerugian hidup di Akhirat kelak. Perilakunya mencerminkan kejahilian, kekacauan berfikir, putus asa, senantiasa memiliki rasa permusuhan. Senantiasa memiliki rasa permusuhan kepada Islam, dan berdaya upaya untuk menghancurkannya dari berbagai jurusan dengan berbagai cara. Ciri utamanya mencintai kehidupan dunia memandang logis, baik, indah, akan tingkah lakunya yang buruk. Tak henti-hentinya dirundung masalah problema, bencana, kesusahan, kesempiran. Kasus filsafat metrealisme, evalusi dan premasonsri dan kemunisme adalah bukti nyata kehancuran peradaban manusia.
g. Kenapa manusia bisa menyembah selain Alloh, padahal agama yang mula-mula adalah Islam ?
Akibat tipu daya Iblis ( 34: 20 ). karena mereka ragu-ragu kepada negri akhirat ( 34 :21).
Karena sifat sombong. (34: 31). Lantaran kemewahan, anak buah dan pengikut ( 34 : 34-35) Karena bersifat lemah di hadapan orang-orang yang sombong ( 34:32-33).Karena mereka menyembah jin ( 34 : 41) Karena keserakahan terhadap dunia dan ketidakpedulian terhadap sesama manusia. Yang menumpuk-numpuk harta kekayaan dan menghitung-hitungnya. Yang tidak mempedulikan penderitaan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dikualifikasikan sebagai orang-orang yang membohongkan agama. Surah
al-Takatsur, memberikan peringatan keras terhadap orang-orang yang asyik berlomba-lomba dalam kemewahan dan kekayaan. Dalam Surah al-Layli yang diwahyukan dalam urutan ke-10 diberikan kabar baik terhadap mereka yang suka memberi dan sebaliknya kabar buruk bagi mereka yang kikir dan bakhil. Yang terakhir Surah al-Balad yang diwahyukan dalam urutan ke-11, menyinggung keengganan manusia memberikan bantuan kepada sesamanya yang hidup dalam penderitaan dan kesengsaraan.
h. Logika orang-orang kafir
Mustahil badan yang sudah hancur sehancur-hancurnya atau telah menjadi tulang belulang bisa dikembalikan lagi menjadi makhluk yang baru. (34 : 7). Hakikatnya mereka ini tidak beriman kepada hari akhirat. ( 34 8 ). Nyata-nyata mereka mengatakan bahwa hari berbangkit itu tidak akan datang. ( 34 : 3 ). Jika ada manusia yang datang kepada orang yang memiliki logika ini dan mengatakan bahwa hari akhirat itu benar-benar akan ada, maka dengan mengikuti alur logika mereka sendiri, mereka akan segera membatahnya dengan mengatakan bahwa orang tersebut pembual ( tidak sesuai data ilmiah ) atau gila (irrasional). Mereka mengatakan bahwa mereka mengingkari wahyu (34:34). Wahyu itu hanya menghalang-halangi ibadah, dan isinya hanyalah dusta belaka. Dan jika cukup bukti tentang benarnya wahyu mererka mengatakan wahyu itu sihir. (34 : 43). Kalau sudah demikian maka bagaimana mungkin mereka melakukan ibadah kepada Alloh. Apa yang mereka peroleh dari harta dan kehidupan duniawi dipercaya sebagai hasil usaha dan ilmu mereka tanpa ada campur tangan Alloh. Sehingga tatkala mereka disuruh untuk bersyukur kepada Alloh, tentu saja mereka menolaknya. Apalagi untuk beribadah kepada Alloh.
i. Manusia umumnya
Percaya bahwa Alloh ada. Tapi mereka tidak mempercayai Alloh dan menaruh keimanan kepada-Nya. Berilmu tapi tak beriman. Beriman tapi kurang ilmunya. Menolak kedatangan Rosul dan wahyu. Dengan memperhatikan ungkapan aktsar al-Nas, kita dapat menyimpulkan, sebagian besar manusia mempunyai kwalitas rendah, baik dari segi ilmu maupun dari segi iman. Menurut al-Qur’an sebagian manusia itu tidak berilmu (7:187; 12:21;, tidak bersyukur (40:61; 2:243; 12:38), tidak beriman (11:17; 12:103; 13:1),
fasiq (5:49), melalaikan ayat-ayat Allah (10:92), kafir (17:89; 25:50), dan kebanyakan harus menanggung azab (22:18).

Bab 2. Menjalankan Islam secara Kaffah.
Kenapa Islam harus dijalankan secara kaffah ?
Apa Esensi dan proses menuju Islam Kaffah ?
Bagaimana kehidupan Islam kaffa ?
Apa resikonya menjalankan Islam secara kaffah ?
Bagaimana sikap kita terhadap Orang yang memecah belah agama ?

Tahap Pertama
Agama ini akan memiliki kemuliaan di tengah-tengah kehidupan manusia, jika umatnya melaksanakan ajaran-ajarannya. Dan setiap cabang dari kehidupan umatnya dibawah aturan agama ini. Dengan demikian jika kita ingin memuliakan Islam pelajari semua pokok dan cabang-cabang agama. Kenali Alloh, Rosulnya, akidahnya, ibadahnya, dan aturan-aturannya. Setelah itu berakhlaklah kepada Alloh dengan mengabdi kepada-Nya, berakhlaklah kepada Rosululloh dengan mengambil teladan darinya. Milikilah akidah yang kokoh di hati. Tingkatkan iman dengan cara beriman yang diajarkan oleh Rosululloh dan para sahabatnya. Berkahlaklah kepada sesama manusia, kepada bumi, tumbuhan dan binatang sebagaimana cara pandang Islam atas mereka. Jika kita memang mengumumkan diri pada dunia bahwa kita adalah muslim dan mukmin. Yang berilmu, berakal, berdaya upaya dan memiliki keteguhan dalam melaksanakannya.
Tahap Kedua
Menyerahkan semua segi dari kehidupan mereka, lahir batinnya, dunia akhiratnya, urusan harta dan ekonominya, tatanan keluarga dan masyarakatnya dan lain sebagainya berada dalam aturan dan kaidah-kaidah Islam. Karena memang Islam mempunyai aturan-aturan pada semua bidang kehidupan manusia. Karena itu umat Islam pantang membuat Andad dalam agama dan kehidupannya. Mereka tidak membuat tandingan bagi Alloh, Rosul, Kitabnya, pembelaannya, rasa takut, kecintaan dan pengorbanan. Tidak ada yang mereka perbuat kecuali hanya untuk Islam.
Kaidah Islam, yang pertama bahwa tujuan dari kehidupan ini adalah ibadah kepada Alloh. Kaidah kedua dalam beribadah itu perlu mengikuti penjelasan Rosululloh. Ketiga, penjelasan Rosululloh itu didasarkan pada wahyu, yakni Al-Quran dan Sunahnya. Keempat dalam pelaksanaannya harus berangkat dari kepahaman, kesadaran, keikhlasan, dan kejelasan arah dan tujuan. Kelima, memperhatikan aspek kemanusiaan, kemashlahatan dan zaman. Artinya jika kita berniat untuk berkeluarga. Perhatikan bahwa niat kita dengan beribadah itu adalah untuk lebih meningkatkan ibadah kepada Alloh, untuk lebih mewujudkan sunah Rosululloh, untuk lebih meluaskan amalan-amalan Qurani dan Sunah Rosul-Nya, untuk menambah amal yang berkualitas ikhlas, jelas dan terarah terhadap bagian-bagian yang menyertainya. Dan tentunya untuk menambah kesejahteraan hidup manusia lainnya.
Hidup ini hanya untuk ibadah. Orang yang tidak beribadah layak disebut mati. Dan kematian baginya memang merupakan keamanan bagi orang-orang yang hidup. Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Alloh tidak lain kecuali untuk beribadah kepada-Nya Alloh tidak menciptakan manusia untuk menghapus ibadah dari amalan kehidupannya. Juga tidak membentuk manusia untuk menyembah syetan jin, malaikat, batu, pohon, bintang dan segenap makhluk lainnya. Dalam diri manusia ada berbagai macam potensi untuk beribadah kepada Alloh. Pertama, manusia memiliki fitrah, modal untuk mengenali agama dan adanya Alloh. Kedua, manusia mempunyai akal yang bisa digunakan untuk merenungi jagat raya ini., Jika dipadukan dengan fitrah akan sampai akal ini pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Bagaimana mungkin alam yang begitu rumit desainnya ini tidak ada yang membuat dan mengaturnya. Tuhan itu pasti ada. Ketiga, manusia memiliki warisan budaya dan agama dari nenek moyangnya. Bagaimana pun kenyataan bahwa manusia mewairis budaya dari pendahulunya tak bisa dipungkiri. Tak ada manusia tiba-tiba muncul di tengah hutan. Ia mesti dari suatu kelompok sosial yang berbudaya. Dalam budaya ada nilai agama. Nilai agama ini adalah modal manusia untuk mengenal Alloh. Jika Alloh ada, lalu mau diapakan ? Manusia punya dorongan untuk menyembah sesuatu yang memiliki kekuatan atas dirinya dan alam semesta ini. Manusia memiliki kepentingan batiniah untuk melakukan ibadah. Seorang mukmin itu hidupnya adalah ibadah. Ibadahnya adalah sepanjang hidupnya sampai ajal datang meraihnya.
Bidang-bidang kehidupan itu menurut Islam,pertama bidang kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, kehidupan duniawi, kehidupan ukhrowi, bidang berfikir, bidang beramal, dan pengharapan, bidang keluarga, bidang pekerjaan, bidang pendidikan, bidang politik, bidang kemakmuran, bidang penelitian dan observasi, bidang perang, bidang toleransi, bidang hukum dan hukuman, bidang ilmu, dan lain sebagainya. Semua itu disamping harus mengambil konsep, aturannya, kaidahnya dari agama, juga tidak boleh keluar dari kaidah-kadiah di atas. Berperang itu ada aturannya dalam Islam. Dalam konsep dan pelaksanaannya perang harus dalam kerangka ibadah kepada Alloh, mengikuti sunah Rosululloh, mendasarkan penjelasan perang itu dari Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi. Perang dilakukan dengan tidak melupakan unsur-unsur keikhlasan, kejelasan tujuan dan kemanusiaan serta kemaslahatan umat manusia seluruhnya.
Bagaimana seorang mukmin menata kehidupan pribadinya ? Pertama, ia memaksimalkan potensi dari pendengaran, akal dan hatinya dalam menangkap ayat-ayat Alloh. Dalam setiap waktu, tempat, kejadian memiliki hikmah yang berharga bagi manusia yang mampu menangkapnya. Pengamatan terhadap hal-hal yang terjadi di sekelilingnya jika dipola menurut dasar keyakinan kepada Alloh, niscaya akan membawa dirinya kepada kecintaan, kekaguman, rasa takut kepada Alloh. Apalagi jika semua potensi ini diarahkan pada Al-Quran, maka akan jelas bagaimana Alloh sedemikian menyayangi manusia. Dalam setiap firman-Nya senantiasa mengandung hikmah yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan merasa nyaman dengan hukum, aturan dan moral yang datang dari Alloh. Memaksimalkan potensi indra, akal dan hati tujuannya adalah untuk diarahkan kepada perenungan akan pentingnya hidup di bawah aturan Islam. Karena Islam itulah aturan yang dikehendaki Alloh Swt. Seseorang yang semakin besar perhatiannya kepada Islam karena belajarnya, karena imannya, karena ibadahnya, karena hikmahnya, maka akan semakin besar rasa cintanya keapda Islam dan akan semakin besar rasa kebutuhannya kepada Islam. Akan semakin terasa indahnya dalam Islam. Andaikan hidup tanpa Islam, maka hidup ini adalah kegelapan. Itulah yang tersirat dalam pikirannya. Kedua ia memaksimalkan ilmu, harta, pemikiran, dan posisinya di tengah umat manusia untuk lebih mengejawantahkan nilai-nilai Islam. Karena kesadarannya yang tinggi terhadap islam seorang akan senantiasa tergerak mengamalkan dan mewujudkan ajaran-ajaran islam dalam hidupnya karna iya yakin karena islamlah hidup ini akan penuh makna berarti dan bahagia sehingga dia akan berdaya upaya walaupun harus mengorbankan hartanya dan waktu-waktunya. Bahkan dalam tingkat tertentu takni tingkatan shiddik lepasnya harta tenaga dan waktu untuk proses perjuangan dalam islam, dipandang sebagai tabungan untuk akhirat kelak. Dari sisi lain dia menyadari pula bahwa apa yang dia miliki ditangannya baik berupa harta dan tenaga atau waktu hakekatnya adalah milik Allah. Ada kerinduan yang bersatu dalam dadanya akan wajud kehidupan dibawah cahaya islam yang akan menyebarkan kedamaian, ketulusan, kehalusan.
Yang mengherankan dari kehidupan umat Islam kebanyakan adalah mereka mengambil dari Islam ini adalah ibadah ritualnya, ibadah yang bisa mendatangkan uang sebanyak-banyaknya, yang bisa mengantarkan dirinya ke puncak-puncak kekayaan, jabatan dan nama. Jika semua telah dicapai sudahlah ia beragama sampai batas itu. Ada sebagian dari mereka yang tidak pernah tahu isi AL-Quran. Ada yang memiliki Kitab Al-Quran tapi tidak dengan kitab Haditsnya. Bagi mereka mengira beragama itu cukup dengan sholat, zakat, shaum dan hajji. Sementara hidup ini teramat luas cabang-cabang dan aspeknya. Mendidik anak, berkeluarga, berfikir, berilmu, berakhlak, berekonomi, berpolitik. Menggunakan apa mereka menjalankan semua itu ? Kaidah apa yang diterapkan mereka untuk mengantarkan diri mereka mencapai semua itu ? Ibadahnya Islam, ekonominya kapitalis, akhlaknya Yahudi, keluarganya kebarat-baratan. Apa seperti ini yang dikehendaki Islam menurut mereka ? Jika ini yang diperbuat, mana mungkin manusia sejenis ini bisa diambil orang-orang yang mau berjuang untuk Islam ?
Maka bermula dari mengajarkan tentang akidah secara benar, hendaklah dari setiap muslim itu mengetahui tentang hukum halal dan haram, mengetahui hukum-hukum dalam bidang keluarga, masyarakat dan bernegara. Selanjutnya mererapkan semua itu dalam bukti nyata. Jika belum memungkinkan maka dicarilah jalan untuk mencapaikan kita ke arah sana, ke tujuan semacam itu.
Bab 3 . Bertangung Jawab atas Akidah dan Syariat Islam.
Yang paling utama dari sekian banyaknya tugas dalam hidup dan beragama, yang menggambarkan pokok dari melaksanakan Islam secara kaffah adalah memelihara, menjaga dan memperkuat akidah, melaksanakan sholat, zakat, shaum, haji, menegakan amar ma’ruf nahyi munkar dan jihad fie sabilillah dan membereskan pemikiran dan pemahaman tentang konsep-konsep tentang agama, Islam, manusia, hidup dan dunia. Sebab itu menjadi umat yang akan menjadi ciri dari kemuliaan agama adalah umat yang terus belajar, terus meningkatkan diri, dan meningkatkan rasa tanggungjawabnya terhadap hidup dan agama.
Menjaga akidah Islam itu dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, dalam memperoleh dan menempatkannya. Akidah Islam hanya diperoleh lewat keimanan dan diperoleh dari sumbernya berupa AL-Quran dan Sunnah. Akidah tidak bisa diperoleh hanya dengan menggunakan rasional dan hal yang bersifat empiris. Menjaga Akidah berarti menjaga keimanan dan kedekatan kita dengan AL-Quran dan Sunah. Kedekatan berarti kepahaman dan pengkajian. Karena AL-Quran itu kitab yang harus dibaca, diambil infomasinya dan digali konsep-konsepnya. Menjaga akidah berarti menjaga iman. Menjaga iman berarti menjaga ibadah dan hati. Karena orang yang tidak beribadah dan kotor hatinya tidak bisa berlama-lama merangkul iman. Agar akidah tetap kuat di hati, di jiwa, perlu dijaga ibadah-ibadah kita dan perlu dibersihkan hati kita dari perkara-perkara yang mengotorinya. Kedua, dalam menghadapi musuh dan tantangannya. Musuh akidah adalah serangan dari agama-agama yang lain, sekte sesat dan bidah. Akidah Islam yang tertanam di jiwa kita harus dijaga dari bercampurnya pemahaman akidah, konsep akidah, pelaksanaan akidah dari akidah-akidah agama luar, dari pemikiran sesat dan dari nafsu ahli bidah.
Umat Islam, ulamanya, dan para pemimpinnya memiliki kewajiban untuk menjaga akidah ini. Sikap menyepelekan akidah adalah perbuatan dosa. Menjadikan akidah hanya sebagai hiasan agama, akan menimbulkan kaburnya tujuan beragama. Dan hilangnya arti hidup beragama. Yang akan terjadi kemudian ialah hilangnya harga diri umat Islam, hilangnya keberanian untuk berjihad, timbulnya cinta dunia dan takut mati. Kedudukan umat Islam yang seharusnya menjadi pelita bagi umat manusia yang kehilangan arah hidupnya di dunia, justru mereka sendiri bingung dan linglung. Ketika akidahnya rusak. Demikian halnya dengan keadaan ketika umat Islam jauh dari Al-Quran, tidak tahu isi Al-Quran, tidak dekat dengan ulamanya, akan mengakibatkan dangkalnya pemahaman umat terhadap agama. Ditambah dengan sikap mencampurkan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara yang sudah jelas aturannya dengan sikap ragu-ragu, suka berbuat dosa dan maksiat. Muaranya adalah agama dipandang hina tak berguna oleh manusia. Untuk mencegahnya jadilah kita orang yang paham agama dan berkata tentang agama sesuai hakikatnya yang terkandung dalam kitab-kitabnya dan keterangan para ulamanya, danj adilah pula kita sebagai pelakunya yang palin awal. Tak usah mencari teladan dari orang zaman sekarang, cukuplah diri kita saja sebagai teladannya, mengambil teladan dari Rosululloh dan para sahabat dalam beragama. Jangan menyembunyikan ayat, jangan menukarnya dengan iming-iming kedudukan dan uang, jangan berharap orang lain yang memulai.
Untuk menopang iman, ibadah dan pemikiran agar tetap terjaga dari kekeruhan, dari penyimpangan dan dari penyakit putur dan berbagai penyakit lainnya, maka berkumpul dengan para ulama sholeh, membaca kitab, menggali hikmah, banyak berdzikir, mensucikan jiwa, mendengarkan ceramah, belajar ilmu-ilmu, meneliti dan mengkaji merupakan aktifitas yang harus terus menerus digelorakan disemangati dan difasilitasi. Kedekatan kita dengan oang-orang memiliki kebersihan akidah, yang tidak pernah mengenal berhenti belajar agama, merupakan langkah utama. Jika orang yang kita berkumpul dengannya adalah orang-orang yang ahli di bidang agama, juga memiliki semangat untuk memurnikan akidah umat Islam, serta jelas sikapnya dihadapan ahli syirik, ahli bidah, ahli matrealisme, dan ahli sufi yang sesat, tentu merupakan menyertai mereka adalah kewajiban dan keutamaan. Yang akan menjadi pondasi gerakan dakwah, pendidikan, dan perbaikan umat.
Untuk menopang keimanan dibutuhkan dua hal yang tak kalah pentingnya. Pertama, ilmu dan yang kedua, hati yang bersih. Hati akan menjadi bersih apabila sholat kita, shaum kita, zakat kita, telah diamalkan dengan benar. Banyak mengingat Allah dan menjauhkan diri dari berbagai penyakit hati seperti iri, dengki, dendam, pemarah. Juga menjaga prilaku kita dari perbuatan maksiat. Orang yang merasa ilmunya telah tinggi dan merasa hatinya tidak pernah keliru umumnya kadar keimanannya rendah. Maka sikap sikap tawadlu dan takut kepada Allah adalah jaminan kita akan terus belajar dan menghindari dari berbagai kesalahan baik dalam berfikir, berbuat ataupun bersikap
Masih banyak sekali paham-paham yang beredar di sekeliling umat Islam, masuk ke dalam pemikiran agama mereka, menjadi semacam keimanan, tetapi sesungguhnya racun yang mematikan. Itulah sikap menyepelekan akidah, mengambil konsep akidah dari sembarang orang dan pemikirannya. Tidak ada kemauan mereka untuk menata ulang konsep akidah dan keimanannya menurut dalil-dalil Al-Quran dan Sunnah. Tidak ada kehendak pada mereka untuk berakidah seperti akidahnya para Rosul, para sahabat Nabi, dan ulama-ulama terdahulu. Umat ini lebih senang membiarkan kejahatan dan kemungkaran berada di sekelilingya. Mereka lemah, tak punya pemimpin. Tidak mau berorganisasi. Jihad malah dianggap sebagai sikap teroris. Dunia lebih dicintai, kematian begitu ditakuti. Inilah yang ada di jiwa-jiwa umat ini, yang kita baca lewat perilaku mereka yang tiada henti-hentinya berburu dunia dan melupakan persiapan untuk menyongsong kematian. Bukan kematian lewat menunggu umur tua.
Setiap mukmin hendaklah memerikasa dua hal utama, akidah yang benar dan keadaan hatinya. Hati adalah tampat bersemayamnya akidah. Hanya hati yang besih,suci dan lapang yang akan menerima kehadiran akidah Islam. Demikian pula tidak sembarang sumber ilmu, agama dan pengetahuan yang dapat dijadikan rujukan untuk menemukan konsep yang benar tentang akidah Islam. Apalah artinya hati yang bersih, jika akidah yang brsemayam di dalamnya penuh dengan kekeliruan dan kesesatan. Sumber dari akidah Islam adalah AL-Quran dan Sunnah. Hendaknya hati diarahkanuntuk lebih mencintai apa yang diajarkan akidahm syariat dan pemikiran yang bersumber dari agama.

Bab 4. Jihad Fi Sabilillah
Puncak dari beragama, sekaligus puncak kemuliaan hidup, puncak ketakwaan dan keshalehan, puncak dari iman dan membenarkan agama adalah Jihad fi sabilillah. Menjalankan agama tidak sekedar meraih kebahagiaan di dunia dengan mengambil menfaat dari kaidah-kaidah agama, tetapi juga meninggikan agama itu agar agama dimenangkan di atas agama-agama yang lain. Untuk menjadi mujahid dan terbentangnya jalan jihad, tak dapat dipisahkan dari upaya-upaya dakwah, pendidikan, membentuk negara berdasar Islam dan persiapan pribadi-pribadi mujahid yang tangguh.
Seorang mukmin selaku manusia, tidak bisa lepas dari dosa, kekurangan, kesenangan terhadap nafsu dan sahwat, terkadang juga dari sifat riya dan meremehkan orang lain. Dalam kadar tertentu semua sifat negatif ini membahayakan. Tetapi jika ia seorang yang dekat dengan agama dan berjiwa mujahid, maka semua itu bukan masalah. Sebab dalam dirinya telah tertanam untuk tidak berbuat dosa. Jika suatu masanya ia terpeleset tingkah dan perbuatan, melakukan dosa, segeralah ia bertaubat. Adapun kekurangan entah itu ilmu, fisik, ekonomi, ibadah, akhlak, itu juga bisa diatasi dengan cara meningkatkan kualitas diri. Demikian pula halnya sifat terpedaya nafsu tergantikan oleh keteguhannya beragama, sifat riyanya tergantikan oleh ikhlas. Daripada berbuat riya, ingin dipuji manusia ketika berbuat, lebih baik ikhlas saja. Daripada sombong lebih baik tawadlu saja. Darai pada biasa-biasa saja dalam beragama sebagaimana umumnya umat ini, lebih baik menjadi pembela agama , menjadi mujahid saja.
Dosa itu akibat dua hal utama. Pertama ketidaktahuan, kedua kelalaian. Bersikap diam dalam ketidaktahuan, artinya tidak berupaya untuk menambah ilmu tentang Islam, itu adalah dosa. Bersikap lalai, artinya tidak bersegera untuk beramal padahal potensi dan kesempatan begitu berlimpah di hadapan kita, juga dosa. Bertaubat artinya, jangan mengulangi kesalahan yang sudah dilakukan. Segera belajar kembali agama, karena masih banyak segi-seginya yang kita tidak mengetahuinya. Datangi para ulama, miliki kitab-kitab penting dan bersih dari hawa nafsu. Segera mencari proyek amal agar kehidupan kita bagi agama ini berarti. Belajar dan bersegera beramal itulah makna bertaubat. Sebab untuk meninggalkan dosa orang mesti menggantinya dengan hal yang baru. Dari bertaubat baru kita melangkah ke upaya perbaikan kualitas diri. Waktu, sarana, dan kesempatan, jika tersedia di hadapan kita, mengapa kita tak memanfaatkanya untuk menambah ilmu kita, kontribusi kita, memperbaiki akhlak dan ibadah kepada Alloh. Mutu pribadi kita masih bisa terus ditingkatkan dengan berbagai cara dan jalan sesuai kaidah iman, amal sholeh, bersabar dan saling menashihatkan. Dengan perbaikan diri berarti telah tertancap, telah tercanang bagi siapapun yang melewati semua ini untuk menjadi mukmin yang teguh pendiriannya dalam beragama. Ia tidak mudah digoda, tidak mudah dibodohi, tidak mudah ditipu, tidak mudah dibawa-bawa hawa nafsu, bisikan syetan dan godaan duniawi. Teguh beragama, berarti serius dirinya beragama. Serius dalam akhlaknya kepada Alloh. Besar rasa cinta dan kagumnya pada Rosululloh. Takut sekali jika dirnya kembali terperosok ke dalam kubangan dosa. Ia tampil sebagai orang yang istoqomah dalam beragamanya. Pergerakan pikiran dan hatinya tak pernah lepas dari kedekatannya dengan agama. Alloh senantiasa disebutnya, Rosululloh selalu diteladaninya, Al-Quran selalu dibaca dan dikajinya. Dan ia taat atas aturan-aturannya. Dan semua ini hanya bisa dilewati oleh orang yang mau meningkatkan kualitas dirinya terus menerus. Ini baru awal bagaimana manusia ikhlas dalam beragama. Awal untuk menjadi seorang pembela agama dan kaum muslimin. Orang semacam ini pantang berbuat dosa, pantang untuk merencanakan dosa kembali.
Puncak beragama adalah berjihad dan puncak persiapan untuk berjihad adalah menjadi pembela kaum muslimin dan itu hanya bisa dilakukan orang-orang yang hati dan perbuatannya bersih, kualitas dirinya baik, berpegang teguh pada syariat dan agama Alloh dan ikhlas dalam setiap amal ibadahnya. Merekalah yang lebih layak untuk menjadi mujahid bagi Islam ini.
Jihad fisabilillah yang pernah dilakukan Rosul, para sahabat, umat Islam generasi pertama, tidak lepas dari upaya untuk menyebarkan dakwah Islam, untuk membuktikan keagungan Islam. Orang yang berjihad dari mereka adalah orang-orang yang bersih suci hati dan pikirannya. Yang akidahnya kokoh. Yang memiliki semangat amar makruf nahyi munkar dalam skala luas. Amar makruf dalam skala besarnya adalah mengajak manusia kepada Islam. Dan nahyi munkar dalam skala yang sama adalah mencegah manusia dari jalan yang sesat dan jalan yang menyebabkan datangnya murka Alloh. Jihad adalah amar makruf dan nahyi munkar dalam skala ini.
Tujuan yang ingin dicapai dari jihad adalah meninggikan agama Alloh. Agama akan memiliki kedudukan yang tiinggi dalam kehidupan manusia, jika agama ini mampu mengungguli agama yang lain. Agama yang bisa membuktikan akan perannya di tengah umat manusia, yakni sebagai pemberi petunjuk ke arah kehidupan yang suci, fitrah, makmur, logis, dan membawa ketenangan bagi hati, kehidupan dan dunia. Jihad membutuhkan banyak sekali persiapan baik bathin maupun lahir. Butuh persiapan strategi, perkakas, kekuatan dan sasaran yang jelas. Orang yang hendak berjihad dipilih dari umat mukmin yang ikhlas, berakidah lurus dan memiliki kriteria tertentu lainnya. Sehingga jihad itu pada dasarnya tidak lepas dari nilai-nilai ilahi dan manusiawi. Terlepas dari konsep jihad, peristiwa peledakan gedung di Amerika lebih manusiawi ketimbang perlakuan Amerika terhadap rakyat dan tawanan Afganistan, begitulah kajian seorang penulis di majalah Percikan iman.
Wahai umat manusia. Beragama itu bukanlah kita Cuma duduk di mesjid dan berdoa, setelah itu kita pulang ke tengah keluarga dan tidurlah di atas ranjang. Sementara umat yang masih bodoh dalam agamanya kita biarkan. Anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang mencari penghidupan layak tak pernah mengusik hati dan pikiran kita. Pemurtadan terus berlangsung tanpa ada sedikitpun usaha kita untuk mencegahnya. Sementara masih banyak umat manusia yang tersesat jalannya lantaran tidak mengenal Islam. AL-Quran yang suci hanya tinggal tulisan tanpa ada yang berusaha untuk menjadikannya sebagai jalan petunjuk hidup ini. Sunah Nabi tidak lagi menjadi panutan orang tua, pemuda dan anak-anak. Tingkah laku, pola hidup dan pakaian mereka telah digantikan oleh gaya hidup materialistis, hedonis, dan tampilan-tampilan yang tidak bisa dimengerti oleh logika keimanan dari umat ini.
Setiap dari kita mari kita memperlas pelaksanaan ajaran Islam. Memperdalam bidang yang sedang kita amalkan. Memperluas bidang dan memperdalam bidang yang sudah digarap adalah penitng agar kita biosa lebih menghayati aama dan memuliakan aama dan hidup ini sekaligus. Jika di waktu-waktu sebelumnya ekonomi kita masih menggunakan sistem kufur, maka mulailah hari ini untuk beralih ke sistem Islam. Jika di waktu waktu sebelumnya yang k ita ketahui dari Islam itu Cuma soal akidah saja,maka mulaialah hari ini untuk mengkaji Islam bidang sosianya,ekonominya, dan politiknya.

Bab 5. Memaksimalkan potensi, membela agama dan melawan musuh.
Meninggikan agama berarti membela setiap bagian dari agama yang terhinakan, menyerahkan segala potensi yang ada dalam hidup selaku manusia, mencapai target agar Islam kembali jaya, mengembalikan umat Islam kepada kedudukan yang tinggi di muka bumi sebagai khalifah dan mengantarkan setiap mukmin untuk mencintai agama dan mencintai mati syahid. Di tengah kehidupan yang serba matrealistis, di mana umat Islam tertindas, namun sekaligus ditakuti. Musuh apapun bentuknya, dari mana pun datangnya, kapan pun dan di mana pun yang datang menyerbu Islam dan umatnya, harus dilawan dengan segenap kekuatan yang seimbang, itulah makna sebuah upaya meninggikan agama.
Adakalanya yang dihina oleh manusia dari Islam ini adalah Nabinya. Yakni Muhammad Saw. Kasus pembuatan karikatur itu adalah peristiwa penghinaan. Terlepas dari penyebabnya, dan latar belakang pemikiran yang menggerakannya. Adakalanya seluruhnya dari Islam ini dihina, mulai dari Alloh, Nabi Muhammad, Al-Qurannya dan umatnya, dihina tanpa tedeng aling-aling seperti yang ditulis oleh Morrey. Adakalanya hanya fokus Al-Quran saja. Jika hinaan dan celaan itu datang dari orang kafir maka itu wajar dan wajar juga harus dilawan dan jikalau ada kekuatan mereka perlu dimusnahkan dari muka bumi ini. Yang luar biasa adalah ternyata hinaan dan celaan itu datang dari orang-orang yang secara formal mengatakan dirinya muslim. Kita ambil contoh, para ahli bidah, mereka adalah yang mengambil agama dari orang-orang yang menyimpanga dari akidah dan syariat Islam. Ahli matrealisme, mereka adalah yang mengambil filsafat matrealisme sebagai alat ukur kebenaran dan menjadikan matrealisme itu sebagai jalan kehidupan mereka. Ahli Pluralisme, mereka yang menjadiakan keyakinan semua agama adalah sama. Ahli sekularisme, mereka yang punya agama bahwa soal-soal agama harus dipisahkan dari soal-soal kehidupan duniawi terutama negara. Umat ini banyak sekali yang terperosok ke arah itu.
Baiklah kita soroti saja diri kita. Pertama kita punya musuh besar, syetan namanya. Apa yang disukai syetan adalah yang dibenci Alloh. Apa yang dibenci Alloh adalah disukai Syetan. Boleh juga kita mengambil rumus ini. Yang mengherankan dari kita, adalah senang memenuhi panggilan syetan. Yang dibenci Alloh kita kerjakan, yang disukai Syetan kita balapan. Mengherankan. Kedua, kita yakin akan adanya alam kubur dan hari hisab di yaumul qiyamah nanti. Logikanya orang mestinya banyak berbuat amal kebaikan dan meninggalkan seluruh perbuatan maksiat. Nah kita lain. Budaya kejelekan kita tiru, budaya kebaikan kita sepelekan. Kita isi laptop amalan kita dengan rekaman tulisan, ucapan dan adegan yang seram-seram, yang kotor-kotor, yang haram-haram. Jadi nanti kalau dibuka di yaumul kiamah dengan apa kita harus menebusnya kalau bukan dengan masuk ke dalam neraka. Katanya ingin ke surga. Tapi makanan yang kita makan kebanyakan syubhat. Tapi perlakuan bukanya menjadi pembela agama tapi mengkeruhkan agama di tengah kehidupan sosial. Lihat berapa besar uang yang kita miliki yang kita peroleh secara halal tapi tidak mau memberikan manfaat bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Jadi memang kita perlu meluruskan pemahaman kita tentang musuh dan alam kubur ini. Ini baru dua persoalan. Belum dari persoalan lainnya. Andaikan pemahaan kita berisi konsep-konsep yang keliru,keliru pulaah kita memperlakukan agama ini. Terkadang konsep yang sudah terang benderangpun, kita tidak konsisten untuk menerapkannya di dalam hidup ini. Kecerobohan kita adalah musuh. Juga termasuk musuh kita itu syetan, dan manusia-manusia yang ubun-ubunnya dibawah kendali syetan dan nafsunya.
Dengan apa kita meluruskan pemahaman umat, melawan musuh, menegakan Islam, menyumbangkan diri untuk kembangkitan Islam ? Kiranya kita semua butuh pendidikan, butuh belajar ekstra, butuh ibadah yang benar-benar berkualitas ahli zuhud, butuh kekuatan yang seimbang untuk menghadapi mereka. Untuk mengingatkan, meluruskan yang lupa, dan memupus yang murtad dari agama ini.
Ketika kehormatan umat Islam dihina,dilecehkan oleh musuh. Apa yang bisa kita perbuat ? Ternyata harta kita lebih mengalir begitu saja ke kantong-kantong kafirin. Umur dan tenaga kita habis untuk rukuk di hadapan dunia ini. Kenapa dan kemana kekuatan kita selaku umat Islam ? Sampai kita di hari ini bumi Indonesia, bumi Barat, Bumi Timur, Bumi Selatan, Bumi Utara, berada dalam tangan-tangan perusak hutan dan kandungannya.
Penting hari ini kita merubah cara berfikir, memilih teman, menyiapkan agenda, dan terus belajar tentang Islam dan dunia ini. Meninggikan cita-cita dan meluaskan ilmu adalah hal utama untuk meraih kejayaan Islam. Doa dan ikhtiar di berbagai lapangan kehidupan itulah yang mesti kita lakukan.


Ditulis dalam Uncategorized